Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) dinilai masih menyimpan potensi kenaikan usai mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (9/7/2025).
CDIA resmi listing di BEI dengan meraih dana Rp2,37 triliun melalui pelepasan 12,48 miliar saham baru atau 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga Rp190 per saham. Dalam pooling allotment, CDIA mencatatkan kelebihan permintaan hingga 563,64 kali dengan jumlah pemesan mencapai 400.126 investor.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan bahwa euforia investor terhadap aksi penawaran umum CDIA menjadi sinyal kuat bahwa emiten ini akan menjadi pemain kunci baru di sektor infrastruktur nasional.
Dia menuturkan dengan kapitalisasi pasar mencapai sekitar Rp31,96 triliun usai IPO, CDIA kini langsung menempati posisi ke-28 dalam jajaran emiten dengan market cap terbesar di IHSG, melampaui beberapa pemain lama di sektor infrastruktur.
“Dampaknya tidak hanya bersifat individual terhadap CDIA, tetapi juga secara sentimen bisa mendorong terjadinya rotasi dana institusi ke saham-saham infrastruktur lainnya, terutama jika CDIA berhasil masuk ke indeks acuan seperti LQ45. Potensi ini akan membuat CDIA semakin menarik di mata investor,” ujarnya, Rabu (9/7/2025).
Menurutnya, kehadiran CDIA akan menjadi katalis positif di tengah performa sektor infrastruktur yang masih terkoreksi secara year to date (YTD). Hingga perdagangan kemarin, indeks saham infrastruktur masih terkoreksi 4,10% sejak awal tahun.
“Namun, tentu efek positif ini tidak akan menyeluruh ke seluruh sektor infrastruktur melainkan lebih berpotensi dirasakan oleh subsektor yang relevan dengan lini bisnis CDIA, khususnya yang berkaitan dengan energi baru terbarukan,” kata Ekky.
Sebagai informasi, CDIA merupakan entitas konsolidasi aset strategis milik Grup Barito, meliputi pelabuhan melalui PT Pelabuhan Barito Nusantara, logistik, dan ketenagalistrikan. Seluruh aset dinilai mature dengan aliran pendapatan berulang terintegrasi dalam rantai pasok industri Grup Barito khususnya petrokimia dan energi.
Ekky menilai bahwa posisi geografis CDIA yang berfokus di Kalimantan juga disebut menguntungkan, terutama dalam konteks percepatan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan transformasi kawasan industri berbasis sumber daya alam.
Dengan didukung antusiasme pasar yang tinggi usai penawaran umum, prospek jangka menengah hingga panjang perseroan juga masih dinilai menarik secara fundamental.
“Jika rerating valuasi terhadap EV/EBITDA sektor infrastruktur terjadi, seiring peningkatan skala usaha dan potensi masuk indeks seperti LQ45 atau IDX Infra, harga saham CDIA berpeluang bergerak menuju kisaran di atas Rp2.000,” pungkasnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.