Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah diproyeksi bergerak volatil tetapi berpotensi menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (2/6/2025). Simak katalis yang membayangi pergerakan kurs.
Pada perdagangan Selasa (1/7/2025), rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.199,5 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah menguat 0,24% atau 38,5 poin saat indeks dolar AS terpantau turun 0,18% ke posisi 96,69.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya menguat. Yen Jepang misalnya menguat 0,64%, dolar Singapura menguat 0,05%, dolar Taiwan menguat 0,25%, dan yuan China menguat 0,03% terhadap dolar AS.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup menguat di rentang Rp16.130 - Rp16.190 per dolar AS pada perdagangan Rabu (2/7/2025).
Ibrahim menjabarkan sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah. Dari luar negeri, senat AS telah meloloskan secara prosedural RUU Pajak. RUU yang diusulkan menimbulkan kekhawatiran akan defisit AS yang membengkak.
Kemudian, Presiden AS Donald Trump kemungkinan akan meningkatkan defisit fiskal AS sebesar US$3,8 triliun. Oleh karena itu investor khawatir bahwa pemotongan pajak yang agresif, yang dipasangkan dengan pengurangan belanja pemerintah dapat mengikis disiplin fiskal dan memicu inflasi jangka panjang.
Fokus pasar hari ini juga tertuju pada Pidato Ketua The Fed Jerome Powell dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh ECB. Pasar akan menganalisis dengan saksama untuk mendapatkan petunjuk tentang kapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mencapai surplus US$4,3 miliar per Mei 2025. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Indonesia mencatatkan ekspor senilai US$24,61 miliar atau naik 9,68% secara tahunan (year on year/YoY). Adapun, nilai impor mencapai US$20,31 miliar atau naik 4,14% yoy. Alhasil Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang US$4,3 miliar.
Karinska Salsabila Priyatno, analis fixed income Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyoroti sentimen paket belanja domestik Donald Trump senilai US$1,2 triliun yang lolos tipis dari Senat lewat suara 51–50, tetapi tantangan lebih besar menanti di parlemen AS karena pemangkasan Medicaid yang lebih dalam dan dampak defisit US$3,0 triliun dalam 10 tahun.
Apabila gagal disahkan sebelum 4 Juli, ini bisa meningkatkan ketidakpastian fiskal jangka pendek, mendorong lonjakan penerbitan US Treasury, dan menekan sentimen risiko di negara berkembang seperti Indonesia.
Di dalam negeri, ruang fiskal makin sempit. Defisit APBN pada semester I/2025 melebar jadi Rp197 triliun atau 0,81% PDB dari 0,34% tahun lalu. Meski demikian, defisit APBN masih di bawah target tahunan 2,53%.
Dia juga menyoroti pendapatan APBN yang tertahan karena pembatalan kenaikan PPN 12% (-Rp71 triliun) dan pengalihan dividen BUMN ke Danantara (Rp80 triliun), sedangkan belanja pusat dan daerah terus meningkat.

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.246,50 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (2/7/2025). Sementara itu, sejumlah mata uang di Asia ditutup beragam.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,29% atau 47 poin ke level Rp16.246,50 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau menguat 0,09% ke posisi 96,90.
Sama seperti rupiah, rupee India melemah 0,22%, yen Jepang melemah 0,27%, dolar Singapura melemah 0,05%, won Korea Selatan menguat 0,06%, peso Filipina melemah 0,07%, dan yuan China menguat 0,02%.
Sementara itu, mata uang yang menguat terhadap dolar AS adalah dolar Taiwan yang menguat 0,53% terhadap dolar AS.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke posisi Rp16.221 pada perdagangan hari ini, Rabu (2/7/2025). Di sisi lain, greenback juga mengalami pelemahan sebesar 0,09%.
Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah sebesar 21,5 poin atau 0,13% menuju level Rp16.221 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS juga terkontraksi 0,09% ke 96,73.
Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas dibuka melemah. Yen Jepang melemah 0,20% bersama won Korea sebesar 0,42%. Pada saat bersamaan, baht Thailand dan ringgit Malaysia juga melemah dengan persentase masing-masing 0,15% dan 0,41% terhadap dolar AS.