Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat Sentuh Level Rp16.209 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp16.209 pada perdagangan hari ini, Kamis (26/6/2025).
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu penukaran uang di Jakarta, Selasa (24/6/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu penukaran uang di Jakarta, Selasa (24/6/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp16.209 pada perdagangan hari ini, Kamis (26/6/2025). Rupiah menguat bersama penguatan sejumlah mata uang lain di Asia.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.16 WIB, rupiah ditutup menguat 0,56% ke Rp16.209 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,50% ke 97,18.

Mata uang lainnya di Asia tercatat ditutup menguat. Yen Jepang menguat 0,92%, lalu dolar Singapura naik 0,48%, dolar Taiwan menguat 0,54%, dan won Korea menguat 0,59%.

Kemudian peso Filipina naik 0,19%, rupee India menguat 0,45%, yuan China melemah 0,09%, ringgit Malaysia menguat 0,37%, dan baht Thailand naik 0,50% terhadap dolar AS.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menerangkan, pelemahan dolar AS terjadi seiring kuatnya perpecahan yang tengah berlangsung antara Ketua The Fed Jerome Powell dan Presiden AS Donald Trump.

Trump bahkan mengkritik Powell dengan menyebutnya 'buruk' dan mengatakan bahwa ia memiliki sejumlah orang yang tengah dipertimbangkan untuk mengganti posisi Powell.

Baca Juga : Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Kamis 26 Juni 2025

"Investor kini menanti sejumlah data ekonomi penting dari AS. Hal itu termasuk produk domestik bruto (PDB) dan data ketenagakerjaan yang akan segera dirilis, serta data inflasi pada yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan The Fed," kata Ibrahim dalam keterangan resmi, Kamis (26/6/2025).

Di Asia, China mengumumkan bahwa mereka akan mengambil langkah yang serius dalam rangka meningkatkan konsumsi domestik yang lemah dan berpotensi melakukan langkah-langkah stimulus tambahan dari Beijing.

Selain itu, ancaman penutupan Selat Hormuz akibat perang Israel — Iran juga dinilai bakal memberikan dampak terhadap kinerja industri dalam negeri.

Ibrahim menilai, hal ini bakal memiliki kaitan dengan naiknya harga minyak dan gas dunia jika selat itu ditutup. Akan tetapi, Ibrahim menilai, penutupan selat tersebut akan menjadi bumerang bagi Iran.

"Kemungkinan penutupan Selat Hormuz memicu kekhawatiran akan naiknya harga energi serta meningkatnya ketegangan geopolitik. Pemerintah AS pun meminta China membantu mencegah penutupan tersebut," katanya.

Sementara itu, dari dalam negeri, pemerintah juga tengah berupaya menjaga konsumsi domestik melalui stimulus fiskal, seperti bantuan subsidi upah (BSU) yang disebut akan disalurkan pada Juni–Juli 2025.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper