Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham royal tebar dividen yakni IDX High Dividend 20 berkinerja lesu pada paruh pertama 2025 di tengah momen tebaran dividen para konstituennya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX High Dividend 20 mencatatkan pelemahan 1,95% ke level 456,76 pada perdagangan hari ini, Senin (23/6/2025).
Indeks juga berkinerja merah, melemah 10,78% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Sejumlah konstituen indeks saham royal tebar dividen itu menjadi pemberat. Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) misalnya melemah 25,93% ytd ke level Rp1.800 per lembar.
Kemudian, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) melemah 10,85% ytd ke level Rp8.625 per lembar. Lalu, saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) melemah 21,94% ytd ke level Rp20.900 per lembar.
Lesunya IDX High Dividend 20 terjadi di tengah momen bagi-bagi dividen sejumlah konstituennya. Terbaru, dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) akhir pekan lalu, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memutuskan membagikan dividen senilai Rp280 per lembar saham untuk tahun buku 2024. Tebaran dividen INDF itu naik dibandingkan tahun buku sebelumnya Rp267 per saham.
Baca Juga
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) pun menebar dividen Rp250 per saham untuk tahun buku 2024. Tebaran dividen ICBP naik dibandingkan tahun buku sebelumnya Rp200 per saham.
Pekan lalu, RUPST PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk. (ACES) memutuskan tebaran dividen Rp33,87 per saham untuk tahun buku 2024, naik dari Rp33,50 per saham pada tahun buku 2023.
Beberapa waktu lalu, deretan konstituen IDX High Dividend lainnya pun memutuskan tebaran dividen royal ke pemegang sahamnya. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) memutuskan tebaran dividen Rp466,18 per saham pada tahun buku 2024, naik dari Rp353,96 per saham pada tahun buku 2023.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membagikan dividen tunai sebesar Rp300 per saham untuk tahun buku 2024, naik dari Rp270 per saham pada tahun buku 2023.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai terdapat sejumlah faktor pendorong lesunya indeks saham penebar dividen royal itu.
"Dinamika sentimen dividen yang sudah mereda. Investor pun telah berhasil meraup dividen dan gain, dan sudah akumulasi profit," kata Nafan, Senin (23/6/2025).
Pelemahan indeks juga terjadi seiring dengan pasar saham Indonesia yang sedang lesu. IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 1,74% ke level 6.787,14 pada perdagangan hari ini. Sementara, IHSG telah di zona merah, melemah 4,14% ytd.
Meskipun, menurutnya terdapat potensi perbaikan kinerja indeks dan saham-saham yang masuk sebagai konstituennya. Pada momen pelemahan juga bisa menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk masuk di harga terdiskon.
"Indeks ini [IDX High Dividend 20] juga memiliki saham-saham yang secara kinerja fundamental solid," ujar Nafan.
Keputusan pembagian dividen kepada para pemegang sahamnya juga mencerminkan emiten menerapkan good corporate governance, sehingga mampu menjaga kepercayaan para pelaku investor pasar modal di Tanah Air, di tengah terjadinya ketidakpastian global.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata juga mengatakan sebenarnya kuartal II/2025 adalah musim pembagian dividen. Yield yang besar bisa menarik investor untuk masuk, terutama investor institusi yang mencari stabilitas arus kas.
Liza juga menilai dalam kondisi ketidakpastian global, saham-saham penebar dividen cenderung menjadi tempat berlindung atau safe haven.
Saham di IDX High Dividend 20 juga umumnya berasal dari sektor defensif seperti bank, telekomunikasi, energi, dan lainnya. Selain itu, yield dividen 4%–10% per tahun cukup menarik dibandingkan deposito.
Namun, kondisi pasar saham yang lesu saat ini turut memengaruhi kinerja saham konstituen indeks. Penurunan juga terjadi sedari ex-date.
"Ketika ex-dividend date biasanya harga saham akan turun sebesar nilai dividennya," ujar Liza.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.