Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SR022 Kian Laris, Investor Kejar Cuan di Tengah Gejolak Global

Permintaan Sukuk Ritel SR022 diyakini meningkat jelang akhir masa penawaran, meskipun penyerapan awal masih relatif moderat.
Nasabah melakukan transaksi pembelian Sukuk Ritel (SR) 013 melalui OCTO MOBILE (layanan mobile banking dari CIMB Niaga) di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Nasabah melakukan transaksi pembelian Sukuk Ritel (SR) 013 melalui OCTO MOBILE (layanan mobile banking dari CIMB Niaga) di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan Sukuk Ritel (SR) seri SR022 diyakini meningkat jelang akhir masa penawaran, meskipun penyerapan awal masih relatif moderat. Hal ini didorong oleh kondisi global yang masih bergejolak, serta menguatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dalam waktu dekat. 

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) telah meluncurkan SR022 dalam dua seri, yaitu SR022T3 dan SR022T5. 

SR022T3 yang memiliki tenor tiga tahun menawarkan kupon sebesar 6,45% per tahun, sementara SR022T5 bertenor lima tahun memiliki kupon 6,55% per tahun. Masa penawaran telah berlangsung sejak 16 Mei dan akan berakhir pada 18 Juni 2025.

Berdasarkan data dari salah satu mitra distribusi, PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit), sampai dengan pukul 18.30 WIB, investor telah memborong SR022 senilai total Rp1,16 triliun dari kuota awal yang disediakan yakni Rp20 triliun.

Secara terperinci, SR022T3 telah terjual Rp917,95 miliar atau baru 6,12% dari total kuota Rp15 triliun, sehingga masih tersedia sisa kuota pembelian sebesar Rp14,08 triliun.

Sementara itu, SR022T5 mencatat penjualan senilai Rp243,51 miliar atau 4,87% dari kuota awal Rp5 triliun. Adapun sisa kuota pembelian mencapai Rp4,75 triliun.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan bahwa pola permintaan terhadap Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel, seperti SR022 cenderung menunjukkan akselerasi di akhir masa penawaran. Hal ini karena investor biasanya menunggu perkembangan pasar sebelum masuk. 

“Biasanya memang kalau bookbuilding masih di awal permintaannya cenderung masih rendah dan mendekati akhir nanti baru akan naik signifikan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Senin (19/5/2025). 

Handy meyakini SR022 akan mendapatkan respons solid karena didukung sejumlah faktor yang dapat memperkuat daya tariknya. Salah satu yang paling menonjol adalah ekspektasi penurunan suku bunga BI di saat gejolak global masih tinggi, baik karena tensi geopolitik maupun kebijakan tarif perdagangan yang kembali mencuat. 

Dia juga menyatakan bahwa investasi defensif seperti obligasi dengan imbal hasil tetap dan tenor relatif pendek merupakan pilihan bijak untuk investor. Selain itu, insentif pajak yang hanya 10% turut menjadi keunggulan tersendiri. 

Tenor Pendek Jadi Primadona

Dihubungi terpisah, Head of Investment Specialist Sinarmas Asset Management, Domingus Sinarta Ginting, memandang bahwa tingginya minat SR022T3 memperlihatkan kehati-hatian investor di tengah kondisi saat ini. 

“Investor ritel lebih memilih tenor pendek yang mencerminkan sikap hati-hati terhadap risiko suku bunga dan ketidakpastian ekonomi global, sehingga cenderung memilih investasi yang lebih likuid dan berdurasi pendek,” tuturnya kepada Bisnis.com.

Menurutnya, prospek penjualan SR022 masih cukup menjanjikan didorong oleh sejumlah faktor. Pertama, instrumen ini cukup menarik karena jaminan dari negara, bebas risiko gagal bayar, dan memiliki kupon tetap terutama untuk investor yang mencari investasi berbasis syariah dengan tingkat risiko rendah.

Faktor pendukung lainnya adalah gejolak pasar saham global serta ketidakpastian ekonomi yang membuat investor cenderung menghindari aset berisiko tinggi. Selain itu, jika tren suku bunga acuan BI mulai bergerak turun dalam waktu dekat, maka imbal hasil SR022 yang bersifat tetap akan semakin kompetitif. 

“Dengan demikian, SR022 tetap menjadi alternatif investasi yang menarik, khususnya bagi investor yang menginginkan pendapatan tetap dan diversifikasi portofolio dengan risiko rendah,” pungkas Ginting. 

Kendati demikian, terdapat sejumlah tantangan yang perlu dicermati. Salah satunya adalah arah kebijakan suku bunga global maupun domestik. Jika suku bunga masih tinggi atau kembali naik, investor bisa memilih untuk menahan diri dan menunggu penawaran berikutnya dengan potensi kupon lebih tinggi.

Pada saat bersamaan, kondisi geopolitik global serta risiko perang dagang dinilai masih bisa memengaruhi sentimen pasar secara umum. Hal tersebut akan membuat sebagian investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. 

Namun, dia melihat peluang masih terbuka lebar, terutama jika tren penurunan suku bunga acuan benar-benar terealisasi dalam waktu dekat. Dalam situasi tersebut, permintaan terhadap SR022 diproyeksikan meningkat secara signifikan. 

“Momentum tren penurunan suku bunga, jika terjadi akan mendorong minat terhadap instrumen berimbal hasil tetap seperti SR022,” ucapnya. 

______________________

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper