Bisnis.com, JAKARTA — Sukuk Ritel (SR) seri SR022 mencatat penjualan sebesar Rp917,65 miliar hingga Senin (19/5/2025). Dari dua seri yang ditawarkan, SR022T3 dengan tenor 3 tahun menjadi seri yang paling banyak dipesan investor.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) telah meluncurkan SR022 dalam dua seri, yaitu SR022T3 dan SR022T5.
SR022T3 yang memiliki tenor tiga tahun menawarkan kupon sebesar 6,45% per tahun, dan SR022T5 dengan tenor lima tahun dan kupon sebesar 6,55% per tahun. Masa penawaran berlangsung sejak 16 Mei hingga 18 Juni 2025.
Berdasarkan data dari salah satu mitra distribusi, PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit), pada pukul 11.00 WIB, investor telah memborong SR022 senilai total Rp917,65 miliar dari kuota awal yang disediakan yakni Rp20 triliun.
Secara rinci, SR022T3 telah terjual Rp729,62 miliar atau 4,86% dari total kuota Rp15 triliun, sehingga masih tersedia sisa kuota pembelian sebesar Rp14,27 triliun.
Sementara itu, SR022T5 mencatat penjualan Rp188,02 miliar atau 3,76% dari kuota awal Rp5 triliun, dengan sisa kuota pembelian mencapai Rp4,811 triliun.
Baca Juga
SR022T3 dan SR022T5 bisa dipesan mulai dari nominal Rp1 juta. Batas maksimal pembelian ditetapkan Rp5 miliar untuk SR022T3 serta Rp10 miliar untuk SR022T5.
Pemesanan kedua seri dapat dilakukan mulai dari Rp1 juta dengan batas maksimal pembelian SR022T3 adalah Rp5 miliar dan SR022T5 mencapai Rp10 miliar.
Adapun tanggal setelmen SR022 ditetapkan pada 25 Juni 2025. Pembayaran imbalan pertama dilakukan pada 10 Agustus 2025, lalu diteruskan tanggal 10 tiap bulannya.
Sebagaimana diketahui, SR022 diterbitkan tanpa warkat dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder mulai 11 Agustus 2025, atau setelah berakhirnya masa minimum holding period selama satu kali pembayaran imbalan.
Masyarakat yang berminat dapat melakukan pembelian SR022 melalui 31 mitra distribusi yang telah ditunjuk oleh pemerintah dan melayani pemesanan secara langsung melalui sistem elektronik atau layanan daring.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual obligasi. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.