Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rebalancing Saham MSCI, Menilik Kinerja di Indonesia Berbanding Global Sejak 2013

MSCI akan melakukan rebalancing indeks pada Agustus 2025, mempengaruhi saham Indonesia. Sejak 2013, kinerja MSCI Indonesia tertinggal dari MSCI Global.
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan melakukan rebalancing indeks periode Agustus 2025. Pengumuman MSCI akan dilakukan pada 7 Agustus waktu setempat atau 8 Agustus dinihari di Indonesia. Kocok ulang indeks dalam periode ini diperkirakan akan merombak saham-saham Indonesia yang terdaftar di dalam MSCI Indonesia.

Lalu bagaimanakah kinerja MSCI sehingga indeks ini menjadi perhatian investor di dalam negeri?

Bila merujuk data historis per Kamis (7/8/2025), kinerja indeks MSCI Indonesia sempat tertekan sejak diluncurkan pada Mei 2013 di level 1.000. Selanjutnya kineja MSCI Indonesia terus turun hingga mencapai titik terendah pada level 622,89 pada September 2025 alias anjlok 37,11%. Kinerja indeks MSCI setelahnya terus berada di bawah peluncuran hingga pemulihan dicapai pada April 2017 di level 1.000,43.

Hingga Mei 2018, indeks MSCI Indonesia hanya menguat tipis 1,2% ke level 1.012,06. Setelahnya indeks kembali anjlok ke bawah 1.000. Tepatnya di level 936,43 per Oktober 2018. Untuk selanjutnya indeks bertahan di atas 1.000 hingga mencapai tertinggi 1.129,07 sebelum Covid-19 atau tepatnya pada Januari 2020. 

Indeks MSCI Indonesia kemudian anjlok ke level 709,99 saat pandemi Covid-19 resmi diakui atau per Maret 2020. Level harga saham gabungan konstituen MSCI kemudian pulih menjadi 1.016,53 pada November 2020. Saham MSCI bertahan melompat kuat hingga mencapai rekor tertinggi pada April 2023 di level 1.324,35 atau 10 tahun sejak peluncuran. 

Kondisi kemudian kembali berbalik, indeks MSCI mengalami trend pelemahan hingga bertengger di level 1.023,52 pada Juli 2025. 

10 Konstituen Terbesar MSCI Indonesia per Juni 2025

Konstituen Index Wt (%) Parent Index Wt. (%)
BANK CENTRAL ASIA 28,96 28,88
BANK RAKYAT INDONESIA 16,17 15,31
BANK MANDIRI 14,44 10,93
TELKOM INDONESIA 8,73 8,26
CHANDRA ASRI PACIFIC 5,42 5,13
ASTRA INTERNATIONAL 4,33 5,47
AMMAN MINERAL INTL 3,50 3,31
GOTO GOJEK TOKOPEDIA 3,29 3,11
BANK NEGARA INDONESIA 2,92 3,69
BARITO PACIFIC 2,47 2,33

Tertinggal dari MSCI Global Maupun Emerging Market

Sedangkan MSCI Emerging Market saat indeks Indonesia dikenalkan berada pada level 1.935,82. Setelahnya, kinerja saham dalam kumpulan ini terus menguat hingga ke level tertinggi pada Januari 2018 pada level 2.732,1. 

Untuk MSCI Global dimulai pada level 5.294,21 pada saat uang sama. Indeks global terus menguat ke level 11.625,198749 pada akhir Desember 2020. 

Setahun berselang, indeks MSCI Indonesia per Desember 2021 tumbuh di level 1.166,30, sedangkan MSCI global juga melanjutkan pertumbuhan menjadi 14.223,14 di akhir 2021. Jarak kedua indeks selanjutnya merapat, ketika per akhir 2022 indeks MSCI Indonesia naik di level 1.166,30, sementara MSCI global turun ke posisi 11.700,99.

Kemudian per akhir 2023, indeks MSCI Indonesia berada di level 1.266,95, sementara MSCI global berakhir di posisi 14.557,83. Kemudian menutup 2024, indeks MSCI Indonesia turun di level 1.071,42 sementara MSCI global melesat di posisi 17.352.

Berdasarkan data terbaru, sampai dengan Juli 2025 indeks MSCI Indonesia berada di posisi 1.203,54 sedangkan MSCI global berada di posisi 19.293.

Rebalancing Saham MSCI, Menilik Kinerja di Indonesia Berbanding Global Sejak 2013

Sampai dengan Juni 2025, emiten dalam indeks MSCI Indonesia dengan float adjective market cap terbesar dipimpin oleh tiga emiten bank raksasa, yaitu PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan float adjective market cap sebesar US$29,64 miliar, berkontribusi atas bobot 28,88% dalam indeks MSCI Indonesia. 

Berikutnya di urutan kedua ada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan float adjective market cap sebesar US$15,71 miliar dan berkontribusi atas 15,31%. Dan di urutan ketiga ada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan float adjective market cap sebesar US$11,22 miliar atau berkontribusi atas 10,93% bobot di dalam indeks MSCI Indonesia.

Sebelumnya, sejumlah sekuritas memperkirakan beberapa saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti milik Prajogo Pangestu BREN, CUAN, dan PTRO, serta saham DSSA milik Grup Sinarmas berpeluang masuk ke indeks MSCI Indonesia.

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman menilai saham-saham Prajogo Pangestu saat ini dapat masuk dalam inklusi MSCI. Saham Prajogo seperti BREN, PTRO, dan CUAN tidak lagi berada dalam daftar pengecualian karena konsentrasi pemilik saham.

“Berdasarkan estimasi kami, BREN harus diperdagangkan di atas Rp9.000 per saham atau harus naik 16,9% agar bisa masuk ke inklusi MSCI,” tuturnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro