Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perjanjian Nuklir AS-Iran Di Depan Mata, Harga Minyak Global Lesu

Amerika Serikat menyebut bahwa akan segera mencapai perjanjian nuklir dengan Iran, dan pihak Iran akan menyetujuinya jika terdapat pencabutan sanksi ekonomi.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia turun pada Kamis (15/5/2025) karena ekspektasi perjanjian nuklir AS-Iran yang dapat mengakibatkan pelonggaran sanksi dan pelepasan lebih banyak barel minyak ke pasar global.

Melansir Reuters pada Jumat (16/5/2025), harga minyak mentah jenis Brent turun US$1,56, atau 2,36%, menjadi US$64,53 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun US$1,53, atau 2,42%, menjadi US$61,62 per barel.

Pergerakan harga minyak dipengaruhi pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa AS semakin dekat untuk mengamankan kesepakatan nuklir dengan Iran, dan Teheran hampir menyetujui persyaratannya.

Seorang pejabat Iran mengatakan kepada NBC News dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Rabu (14/5/2025) bahwa Iran bersedia menyetujui kesepakatan dengan AS sebagai imbalan atas pencabutan sanksi ekonomi.

"[Setiap] pencabutan sanksi langsung yang berasal dari perjanjian nuklir dapat membuka tambahan 0,8 juta barel minyak mentah Iran per hari untuk pasar global—sebuah perkembangan yang tidak dapat disangkal yang merugikan harga," kata analis SEB Ole Hvalbye.

Washington mengeluarkan sanksi pada Rabu (14/5/2025) untuk menargetkan upaya Iran dalam memproduksi komponen rudal balistik di dalam negeri, kata Departemen Keuangan AS, menyusul sanksi pada Selasa (13/5/2025) terhadap sekitar 20 perusahaan dalam jaringan yang dikatakan telah lama mengirim minyak Iran ke China.

Sanksi tersebut menyusul putaran keempat perundingan AS-Iran di Oman yang ditujukan untuk mengatasi perselisihan mengenai program nuklir Iran.

"Kita sedang bimbang antara Presiden Trump yang menyingkirkan Iran atau membawa mereka ke dalam komunitas negara-negara, jadi ancaman terhadap pasokan ada di kedua arah, dengan beberapa barel Iran terus-menerus menyelinap ke pasar atau kita mendapatkan keuntungan penuh dari produksi Iran, itulah yang mengguncang harga," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

Di tempat lain, Vladimir Putin dari Rusia menolak tantangan untuk bertemu langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Turki pada Kamis (15/5/2025), yang merupakan pukulan bagi prospek terobosan perdamaian.

Zelenskiy mengatakan keputusan Putin untuk mengirim apa yang disebutnya sebagai barisan "dekoratif" menunjukkan pemimpin Rusia itu tidak serius untuk mengakhiri perang.

"Saya pikir itu mendukung karena bagian dari kasus penurunan harga adalah jika situasi Ukraina-Rusia ini teratasi dengan sendirinya, maka kita bisa mendapatkan pasokan Rusia itu ke pasar global," kata Kilduff. 

Sementara itu, Badan Energi Internasional menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyaknya pada tahun 2025 menjadi 740.000 barel per hari, naik 20.000 barel per hari dari laporan sebelumnya, dengan mengutip perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan harga minyak yang lebih rendah yang mendukung konsumsi. 

IEA mengatakan hambatan ekonomi dan rekor penjualan kendaraan listrik diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan permintaan menjadi 650.000 barel per hari untuk sisa tahun ini, dari pertumbuhan hampir 1 juta barel per hari pada kuartal pertama. 

Sementara itu, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, telah meningkatkan pasokan, meskipun OPEC pada Rabu memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan pasokan minyak dari AS dan produsen lain di luar kelompok OPEC+ yang lebih luas tahun ini.

Membebani kenaikan harga adalah data dari Badan Informasi Energi AS yang menunjukkan stok minyak mentah naik sebesar 3,5 juta barel menjadi 441,8 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 1,1 juta barel.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper