Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mencapai kesepakatan sementara untuk penurunan tarif masing-masing negara. Meski tensi perang dagang mereda, analis melihat investor masih perlu berhati-hati untuk melakukan rotasi sektoral.
Associate Director of Research Pilarmas Investindo Sekuritas Macimilianus Nico Demus mengatakan dinamika dapat berubah seketika dengan sangat cepat, karena dipengaruhi oleh sentimen, baik dari sisi Amerika maupun China.
"Tapi memang, kalau kita perhatikan, yang kita butuhkan sampai dengan saat ini adalah sentimen-sentimen jangka pendek. Sentimen jangka pendek akan menentukan reaksi dan estimasi terkait dengan perekonomian di masa yang akan datang," kata Nico, Selasa (13/5/2025).
Nico melanjutkan penurunan tarif yang ada saat ini, merupakan salah satu kabar positif bagi seluruh pelaku pasar dan investor di seluruh dunia.
Namun, lanjutnya, penurunan tarif ini bukan berarti merupakan sebuah kepastian. Nico melihat hal ini hanyalah langkah awal yang masih dapat berubah.
Apalagi, lanjutnya, Donald Trump juga sudah mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan penurunan tarif dari 145% menjadi 30% dapat kembali berubah, apabila tidak tercapai kesepakatan antara AS dan China dalam kurun waktu 90 hari.
Baca Juga
Karena hal tersebut, Pilarmas Investindo Sekuritas melihat sampai saat ini, investor tetap harus menjaga stabilitas, khususnya dari sisi strategi jangka menengah hingga jangka panjang. Namun, tetap perlu memaksimalkan keuntungan untuk sentimen jangka pendek, yang saat ini memang sedang dalam keadaan positif.
Secara probabilitas, Nico melihat situasi dan kondisi saat ini sudah jauh lebih baik. Akan tetapi, dia melihat hal ini sayangnya belum mampu mengurangi ketidakpastian yang ada di pasar.
Dia menjelaskan apabila investor ingin melakukan realokasi aset, maka investor tetap harus berfokus pada jangka menengah hingga jangka panjang.
"Mungkin, kalaupun memang ada perubahan jangka menengah, aset-aset yang konservatif seperti obligasi dapat dikurangi porsinya, tapi tidak terlalu banyak," tuturnya.
Dia melanjutkan, realokasi selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menambah porsi saham, sebagai salah satu aset yang berisiko. Nico mengingatkan, perubahan dapat dilakukan, tetapi tidak boleh terlalu banyak, karena ketidakpastian masih ada di pasar.
"Kalau memang pelaku pasar dan investor itu nyaman dengan volatilitas dan ketidakpastian, tentu situasi dan kondisi saat ini, yang penuh dengan volatilitas dapat dimanfaatkan untuk melakukan transaksi saham," ucapnya.
Pilarmas Investindo Sekuritas melihat situasi dan kondisi saat ini akan membuat investor mengurangi porsi obligasi sebagai salah satu aset yang memiliki risiko lebih rendah dibandingkan saham. Mereka akan mengurangi porsi obligasi, khususnya obligasi korporasi, dan memindahkannya ke aset berisiko seperti saham.
Namun, lanjutnya, obligasi negara tetap menjadi salah satu aset yang cukup menjanjikan, terutama di tengah potensi pemangkasan tingkat suku bunga.