Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS-China Berlanjut, Harga Minyak Global Melemah

Jajak pendapat Reuters menunjukkan adanya kekhawatiran ekonomi global mengalami resesi tahun ini akibat tarif Trump. Harga minyak dunia pun terkoreksi.
Pompa angguk atau pump unit beroperasi di Lapangan Duri PT Pertamina Hulu Rokan, Bengkalis, Riau pada Selasa (9/7/2024). / Bisnis-Wibi Pangestu Pratama
Pompa angguk atau pump unit beroperasi di Lapangan Duri PT Pertamina Hulu Rokan, Bengkalis, Riau pada Selasa (9/7/2024). / Bisnis-Wibi Pangestu Pratama

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia turun pada Selasa (29/4/2025) karena investor menurunkan ekspektasi pertumbuhan permintaan mereka akibat perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan China.

Melansir Reuters, harga minyak mentah jenis Brent turun 25 sen, atau 0,4%, menjadi US$65,61 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 18 sen, atau 0,3%, menjadi US$61,87 per barel. Kedua harga minyak acuan tersebut turun lebih dari US$1 pada Senin (28/4/2025) kemarin.

Dorongan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membentuk kembali perdagangan dunia dengan mengenakan tarif pada semua impor AS telah menciptakan risiko tinggi bahwa ekonomi global akan tergelincir ke dalam resesi tahun ini, menurut mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

China, yang terkena tarif paling tinggi dari semua itu, telah menanggapi dengan mengenakan pungutannya sendiri terhadap impor AS, yang memicu perang dagang antara dua negara konsumen minyak teratas. Hal itu telah mendorong para analis untuk secara tajam menurunkan perkiraan permintaan dan harga minyak mereka.

Barclays telah memangkas perkiraan harga minyak mentah Brent 2025 sebesar US$4 menjadi US$70 per barel, dengan alasan meningkatnya ketegangan perdagangan dan perubahan strategi produksi oleh kelompok OPEC+ sebagai pendorong surplus pasokan minyak 1 juta barel per hari tahun ini.

Beberapa anggota OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, akan menyarankan percepatan kenaikan produksi untuk bulan kedua berturut-turut pada Juni 2025, ujar salah seorang sumber kepada Reuters pekan lalu. 

"Penurunan harga [minyak] yang substansial tampaknya mungkin terjadi jika negara-negara pengekspor meningkatkan produksi," kata analis minyak Philip Verleger dalam sebuah catatan.

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS kemungkinan naik sekitar 500.000 barel dalam minggu yang berakhir pada tanggal 15 April, menurut jajak pendapat awal Reuters terhadap para analis pada Senin.

Kelompok industri American Petroleum Institute akan menerbitkan estimasinya mengenai persediaan minyak AS pada hari Selasa. Angka resmi dari Badan Informasi Energi akan menyusul pada Rabu (30/4/2025).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper