Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp10,9 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA) 2026. Sebesar Rp8,6 triliun akan dialokasikan untuk program perumahan seperti pelaksanaan renovasi rumah atau program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
Sejumlah analis menilai, rencana alokasi anggaran untuk program renovasi rumah, berpotensi mendongkrak kinerja emiten-emiten yang memiliki korelasi dengan bahan bangunan, seperti semen, cat, hingga perlengkapan rumah di dalamnya.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menilai, melalui program ini, permintaan terhadap semen, cat, keramik, hingga bahan bangunan lainnya mampu meningkat. Hal ini berpotensi memberikan tambahan volume penjualan bagi emiten-emiten terkait, terutama bagi emiten yang mampu memanfaatkan kesempatan ini.
“Kami kira dengan adanya kenaikan anggaran PKP di periode mendatang, khususnya untuk program renovasi rumah, menjadikan prospek emiten semen dan material bangunan menjadi lebih baik,” katanya, dikutip Senin (25/8/2025).
Miftahul menilai baik emiten yang bergerak di industri semen maupun bahan bangunan lainnya mampu terdorong oleh sentimen ini. Emiten AVIA misalnya, yang menjadi produsen cat rumah, mampu terdampak dari efek domino program ini.
Adapun AVIA memiliki 145 pusat distribusi di seluruh Indonesia. Teranyar, emiten afiliasi Hermanto Tanoko itu mengoperasikan dua pusat distribusi baru yang berlokasi di Tangerang dan Malang.
Baca Juga
Manajemen AVIA mengklaim, perseroan telah menguasai sekitar 24% pangsa pasar di industri cat dan pelapis dekoratif di Tanah Air.
“Emiten seperti SMGR dan INTP tentunya menjadi salah satu emiten yang diuntungkan, meski katalisnya lebih terasa pada sisi volume ketimbang margin, mengingat harga jual semen cenderung masih tertekan kompetisi,” tambahnya.
Maybank Sekuritas Indonesia, dalam laporan bertajuk Volume Remains Weak; Soft 2Q25 Earnings Expected, melaporkan bahwa penjualan semen pada periode Januari–Juni 2025 terkoreksi 3,1% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 27,16 juta ton.
Bila diperinci berdasarkan segmen produk, tekanan terhadap penjualan domestik terutama terjadi pada semen curah yang anjlok hingga 10,2% YoY, sedangkan semen kantong dilaporkan stagnan. Hal itu dinilai terpengaruh oleh efisiensi belanja infrastruktur pemerintah.
“Penjualan grosir terus melambat—turun 10,2% YoY—menunjukkan terbatasnya belanja infrastruktur pemerintah, sementara volume semen kantong stagnan,” jelas Kevin Halim dan Jeffrosenberg Chenlim, analis Maybank Sekuritas Indonesia, dalam riset yang dirilis Senin (21/7/2025).
Senada, Pengamat Pasar Modal Reydi Octa menilai, program renovasi rumah ini akan memberikan dampak positif terhadap emiten semen SMGR dan INTP karena mampu mengalami kenaikan volume penjualan. Sementara itu, CSAP dan BTON dinilai berpeluang positif di tengah distribusi dan material bangunan ringan.
“Secara umum, program ini bisa menggairahkan pasar ritel bahan bangunan yang sebelumnya lesu,” kata Reydi kepada Bisnis, Senin (25/8/2025).
Selain itu, program ini dinilai mampu mengerek kinerja sektor lain yang memiliki korelasi dengan program ini, seperti ACES, CSAP, atau MAPI yang menjual perlengkapan interior rumah. Sektor logistik seperti ASSA, SMDR juga dinilai akan terdampak karena peningkatan distribusi bahan bangunan.
Reydi menjagokan saham SMGR, INTP, hingga CSAP di industri distribusi dan jaringan. Sementara itu, saham STON dan WSBP juga direkomendasikan karena berpotensi mengalami kenaikan kinerja melalui proyek beton modular.
ACES juga direkomendasikan karena berpeluang untuk mendapatkan angin segar dari proyek ini, melalui produk furnitur interior.