Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Sentuh Rp16.845 per Dolar AS di Pasar Spot, Rekor Terburuk Sejak Krisis 1998

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp16.845 lebih rendah dari rekor terlemah sebelumnya Rp16.642 pada Selasa (25/3/2025).
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Di pasar spot, nilai tukar rupiah tumbang di hadapan dolar AS pada Selasa (8/4/2025) ke rekor terlemah sejak krisis keuangan 1998.

Pada hari ini setelah libur panjang Lebaran, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah 0,26% atau 43,5 poin ke level Rp16.865 pada pukul 09.10 WIB. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,21% ke level 103,04.

Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami pelemahan. Yuan China, misalnya, melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.

Adapun, yen Jepang menguat 0,28%, dolar Singapura menguat 0,2%, dolar Taiwan menguat 0,26%, dan won Korea Selatan menguat 0,07%.

Saat pasar spot libur Idulfitri, kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) sempat menyentuh level Rp17.006 per dolar AS pada Jumat (4/4/2025) pukul 20.53 WIB. 

Hingga pukul 11.30 WIB hari ini, rupiah terkulai di posisi Rp16.845 per dolar AS di pasar spot. Posisi rupiah di pasar spot saat ini sudah lebih rendah dari posisi terlemah rupiah pada 25 April 2025.

Dilansir dari Bloomberg, rupiah sempat melemah 0,5% ke level Rp16.642 per dolar AS pada Selasa (25/3/2025). Level itu merupakan level terlemah rupiah di hadapan dolar AS sejak krisis keuangan pada Juni 1998. 

FX Strategist Oversea-Chinese Banking Corp. Christopher Wong berharap pengambil kebijakan menyesuaikan dengan kondisi yang sedang terjadi. 

“Nilai tukar rupiah dapat melemah ke level Rp17.000 per dolar AS apabila sentimen dan relasi dagang gagal membaik,” tuturnya seperti dilansir Bloomberg.

Terpisah, Morgan Stanley menyarankan investor untuk memasang peringkat bearish terhadap mata uang negara-negara emerging market. Di sisi lain, dia merekomendasikan untuk menambah eksposur pada surat utang jangka panjang dan interest-rate swaps dengan ekspektasi sikap dovish dari bank sentral negara-negara berkembang. 

“Kami tidak yakin pasar valuta asing telah memperhitungkan resesi global,” ujar Strategist Morgan Stanley James Lord dalam catatan pada Senin (7/4/2025).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper