Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terjun Bebas, Liberation Day Donald Trump Jadi Mimpi Buruk

Kebijakan tarif dagang terbaru AS kini resmi menjadi mimpi buruk bagi pasar global, salah satunya mengakibatkan IHSG ambruk hampir 8% pada hari ini.
Karyawati mengabadikan layar pergerakan harga saham di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati mengabadikan layar pergerakan harga saham di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA –  Kebijakan tarif dagang terbaru Amerika Serikat (AS) kini resmi menjadi mimpi buruk bagi pasar global. Alih-alih merayakan apa yang disebut Presiden Donald Trump sebagai Liberation Day, pelaku pasar justru panik. 

Head of Investment Specialist Manulife Investment Management, Freddy Tedja, mengatakan bahwa hal itu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk hampir 8% dan bursa saham global mencatat penurunan mingguan terdalam.

IHSG sempat anjlok 9% pada pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025), memicu penghentian sementara atau trading halt selama 30 menit. Meski sempat pulih, indeks tetap ditutup di zona merah di level 5.996,14 atau melemah 7,9%.

Indeks Nasdaq, S&P 500, hingga MSCI Asia Pacific juga mengalami penurunan dua digit selama lima hari terakhir. Adapun pasar obligasi Indonesia masih lebih tahan banting, meski imbal hasil SBN 10 tahun naik ke kisaran 7,10%.

Freddy menuturkan bahwa Donald Trump memandang hari pengumuman tarif pada 2 April 2025 sebagai Liberation Day atau hari terbebasnya AS dari kecurangan negara-negara lain selama ini. Namun, langkah ini justru mengguncang ekonomi global.

“Ironisnya, Liberation Day bagi AS menimbulkan faktor-faktor ketidakpastian baru di pasar global,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (8/4/2025).

Dia menjelaskan bahwa pada dasarnya, tarif bersifat seperti pajak yang berimbas negatif pada pertumbuhan ekonomi dan dapat mendorong inflasi jangka pendek.

Berdasarkan konsensus Bloomberg, probabilitas resesi AS setahun ke depan meningkat menjadi 30%, dibandingkan 20% di awal 2025, mengindikasikan kekhawatiran pasar terhadap dampak negatif tarif terhadap pertumbuhan ekonomi. 

Namun di sisi lain, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan Fed Funds Rate di 2025 juga menjadi lebih agresif, sebanyak 4 kali dari sebelumnya hanya 2 kali, memperlihatkan harapan pelonggaran kebijakan moneter untuk mendukung ekonomi.

Untuk Indonesia sendiri, Freddy menyatakan dampak langsung tarif AS diperkirakan relatif terbatas. Meskipun Indonesia terkena tarif resiprokal cukup tinggi, ekspor Indonesia ke AS hanya 10% dari total ekspor Indonesia di 2024, atau 2,2% dari PDB.

Hal itu berbeda dari negara lain yang lebih terekspos terhadap ekspor ke AS seperti Vietnam (33% dari PDB), Malaysia (13% dari PDB), dan Thailand (13% dari PDB).

“Dalam jangka pendek, volatilitas pasar diperkirakan masih akan tetap tinggi menantikan perkembangan negosiasi tarif serta dampak tarif terhadap laporan keuangan emiten, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi,” ucapnya.

Namun, pembalikan sentimen dapat terjadi sewaktu-waktu, berkaca dari periode awal tarif terhadap Kanada dan Meksiko di Februari dan Maret 2025, saat Trump dengan cepat menunda implementasi tarif sehingga mengangkat sentimen di pasar.

Menurut Freddy, dalam kondisi seperti ini, penting bagi investor untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi, serta memastikan aset likuid sehingga dapat menjaga volatilitas portofolio dan memanfaatkan potensi pembalikan sentimen di pasar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper