Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) angkat bicara terkait tren pelemahan pada pasar saham Indonesia setelah usainya periode Libur Idulfitri 1446 H/2025. IHSG ditutup ambrol ke level 5.996,14 pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan pelemahan pada pasar keuangan RI masih lebih moderat bila dibandingkan dengan negara lain.
"Jadi dari 2—8 April, pelemahan pasar saham di bawah 8%, sekitar 7,9%. Kalau negara-negara lain, dalam periode yang sama, banyak yang turunnya jauh lebih tajam. Jadi kita tadi berada di tengah-tengah," kata Febrio dalam acara Sarasehan Ekonomi Nasional di Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Febrio menilai, penurunan moderat tersebut mengindikasikan kondisi perekonomian Indonesia secara fundamental masih optimal dibandingkan dengan negara lain. Dia mengatakan, Indonesia masih dipandang sebagai negara yang cukup kredibel.
Dia menuturkan, catatan pertumbuhan ekonomi yang stabil pada kisaran 5% menjadi salah satu faktor pasar saham RI tidak terkoreksi lebih jauh. Selain itu, kondisi fiskal Indonesia juga masih on track untuk mencapai target APBN 2025.
Febrio mengatakan, kredibilitas Indonesia dari sisi makro perlu terus dipertahankan ditengah ketidakpastian saat ini.
Baca Juga
"Kita harus lebih vigilant dalam beberapa waktu ke depan," ujarnya.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambrol ke level 5.996,14 pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025). Di tengah penurunan indeks, saham PANI, AMMN, BREN, dan BMRI jatuh paling dalam.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan penurunan sebesar 7.90% atau 514,47 poin menuju posisi 5.996,14. Sepanjang hari ini, IHSG dibuka pada level 5.914,28 dan sempat menyentuh level tertingginya 6.036,55.
Tercatat, sebanyak 30 saham meningkat, 672 saham turun, dan 95 saham stagnan. Sementara itu, kapitalisasi pasar alias market cap mencapai Rp10.310 triliun.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tetap terjaga meski terdapat inisiatif-inisiatif baru, termasuk pembentukan Sovereign Wealth Fund Danantara.
Dia memandang semua inisiatif tersebut sudah diperhitungkan dengan matang dalam blok APBN yang ada. Tidak perlu khawatir akan dampaknya terhadap keseimbangan fiskal negara.
"Banyak yang mengatakan apakah APBN-nya jebol—tidak jebol. Danantara, termasuk penggunaan dividen, itu sudah kami penghitungkan. Jadi, kami ingin menyampaikan bahwa APBN tetap terjaga sebagai anchor of confidence," kata Sri Mulyani.