Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah ke Level Rp16.611 per Dolar AS

Rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.611 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (25/3/2025).
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.611 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (25/3/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 0,27% atau 44 poin ke posisi Rp16.611 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat 0,18% ke posisi 104,122.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Rupee India melemah 0,18%, baht Thailand melemah 0,11%, dan peso Filipina melemah 0,45%.

Sementara itu, mata uang lainnya yakni dolar Taiwan melemah sebesar 0,15%, yuan China melemah 0,04%, ringgit Malaysia melemah 0,07%, won Korea melemah 0,04%, dolar Singapura melemah 0,07%, dan dolar Hong Kong melemah 0,01%, sedangkan yen Jepang menguat tipis 0,02%.

Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini, Selasa (25/3/2025) mata uang rupiah ditutup melemah 44 poin ke level Rp16.611 setelah pada sesi sebelumnya (24/11) melemah 55 poin ke level Rp16.567 per dolar AS.

Adapun, untuk perdagangan besok, Rabu (26/3/2025), dia memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.610-Rp16.660.

Ibrahim mengatakan bahwa tantangan global yang ditandai dengan tren proteksionisme yang semakin menguat terutama di negara-negara maju, ditambah berbagai variabel domestik yang juga tidak mudah, akan menyulitkan perekonomian Indonesia.

"Target pertumbuhan ekonomi di atas 5%  pada tahun ini, yang digadang-gadang oleh pemerintah tinggal mimpi," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (25/3/2025).

Dia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi RI pada 2025 hanya akan sebesar 4,9%, lebih rendah ketimbang prediksi sebelumnya di angka 5,1%. Pertumbuhan rendah diperkirakan berlanjut pada 2026 sebesar 4,9% dibandingkan proyeksi sebelumnya 5,15%.

Menurutnya, penurunan tersebut mencerminkan outlook investasi yang lebih lemah dan kenaikan risiko perdagangan dari ancaman tarif Presiden AS Donald Trump.

Lebih lanjut, dia mengungkap bahwa perekonomian RI sebenarnya sudah menunjukkan kelesuan bahkan ketika ancaman tarif Trump belum terlalu memanas. Arus pemutusan hubungan kerja besar-besaran yang melanda industri padat karya seperti tekstil, telah melukai konsumsi rumah tangga.

"Ketidakpastian yang menyertai transisi kepemimpinan baik di Indonesia maupun di AS telah berdampak pada permintaan kredit," ujarnya.

Ibrahim mengatakan walaupun Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi diperdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), tetapi kekhawatiran investor telah meningkat karena inisiatif fiskal ekspansif Presiden Prabowo Subianto.

Menurutnya hal tersebut telah menyebabkan pemotongan anggaran yang signifikan di sektor-sektor penting seperti pendidikan dan pekerjaan umum, yang akibatnya pasar saham mengalami penurunan tajam terus-menerus pada bulan ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper