Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia diperkirakan melanjutkan reli pada perdagangan Senin (17/3/2025) setelah China mengumumkan langkah-langkah untuk mendorong konsumsi domestik guna menopang negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini.
Melansir Bloomberg, kontrak berjangka saham di Australia, Jepang, dan Hong Kong menguat, mencerminkan kenaikan di Wall Street. Pada Jumat, indeks S&P 500 melonjak 2,1% setelah pemerintah AS berhasil menghindari shutdown, sementara Nasdaq 100 yang berorientasi teknologi juga naik 2,1%.
Indeks Golden Dragon, yang mengukur kinerja saham China di AS, menguat 2,7% setelah pemerintah China menyatakan akan mengumumkan kebijakan peningkatan konsumsi pada Senin.
Reli ini muncul setelah aksi jual besar-besaran sejak pertengahan Februari, yang dipicu oleh kebijakan tarif yang berubah-ubah, meningkatnya kekhawatiran resesi, ketegangan antara AS dan sekutu terdekatnya, serta ketidakpastian anggaran pemerintah.
Pekan lalu, indeks saham global dan AS sempat menyentuh titik terendah sejak September sebelum akhirnya bangkit.
Namun, saham China justru mencatat kinerja lebih baik, mencapai level tertinggi sejak Desember, didorong oleh target pertumbuhan ambisius sekitar 5% dan optimisme terhadap perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Baca Juga
Para pelaku pasar kini menantikan kebijakan baru yang dilaporkan Xinhua, yang mencakup upaya menstabilkan pasar saham dan real estat, meningkatkan upah, serta mendorong angka kelahiran. Selain itu, data ekonomi China, termasuk produksi industri dan penjualan ritel Februari, akan menjadi fokus investor pada Senin.
IG Sydney Tony Sycamore mengatakan kebijakan yang diumumkan akhir pekan ini dirancang untuk membangkitkan kembali semangat pasar dan kepercayaan konsumen China.
“Langkah ini seharusnya memberikan dorongan bagi reli saham global yang dimulai Jumat lalu serta mendukung performa saham China yang terus mengungguli pasar lain,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg.
Reli S&P 500 pada Jumat merupakan yang terbesar sejak pemilu AS November lalu. Bahkan kekhawatiran konsumen terhadap kebijakan perdagangan AS tidak cukup untuk menghentikan reli ini, meskipun indeks utama AS sebelumnya sempat anjlok 10% dari puncaknya pekan lalu.
Seiring dengan meredanya permintaan terhadap aset safe haven, imbal hasil obligasi AS melonjak, mengikuti tren serupa di Jerman setelah Kanselir terpilih Friedrich Merz mengumumkan kesepakatan dengan Partai Hijau terkait paket belanja pertahanan dan infrastruktur yang didanai utang.
Sementara itu, euro menguat untuk pekan kedua berturut-turut, tetap mendekati level tertinggi terhadap dolar AS sejak November, menjelang pemungutan suara atas paket tersebut pada Selasa.