Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tajam ke posisi Rp16.480 pada Senin (3/3/2025). Penguatan ini terjadi di tengah posisi greenback yang mengalami penurunan.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat 115,50 poin atau 0,70% ke level Rp16.480 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS melemah sebesar 0,30% menuju posisi 107,28.
Sementara itu, mata uang lain di Asia ditutup bervariasi menguat. Won Korea, misalnya, melemah sebesar 0,10% bersama yuan China sebesar 0,19%.
Sementara itu, yen Jepang mengalami penguatan sebesar 0,28%, ringgit Malaysia melemah 0,09%, lalu peso Filipina mencatatkan penguatan sebesar 0,15%.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa investor kini tengah berhati-hati menunggu keputusan tarif perdagangan Presiden AS, Donald Trump, yang rencananya dirilis pada pekan ini, meskipun ketidakpastian atas tarif tersebut mengisyaratkan kemungkinan tindakan yang lebih lunak.
“Suasana hati investor juga suram setelah Trump mengumumkan tarif tambahan 10% untuk China dan menegaskan kembali jadwal tarifnya untuk pungutan 25% untuk Meksiko dan Kanada,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (3/3/2025).
Baca Juga
Dari Asia, aktivitas manufaktur China tumbuh lebih dari yang diharapkan pada Februari 2025. Hal ini dikarenakan bisnis lokal masih diuntungkan dari langkah-langkah stimulus tahun lalu. Survei menunjukkan PMI manufaktur Caixin mencapai titik tertingginya dalam kurun 3 bulan terakhir pada Februari.
Sementara itu, dari internal, pemerintah telah merilis Peraturan Pemerintah (PP) No. 8/2025 sebagai Perubahan atas PP No. 36/2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.
Aturan yang mulai berlaku pada 1 Maret 2025 ini mewajibkan eksportir menyimpan 100% DHE SDA di dalam negeri selama setahun. Aturan baru ini bertujuan memperkuat cadangan devisa Indonesia di tengah gejolak pasar saat ini.
Selain itu, Ibrahim turut menyoroti sektor manufaktur Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan pada Februari 2025, didorong oleh meningkatnya permintaan domestik dan optimisme produsen.
“Berdasarkan laporan S&P Global, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai 53,6, naik dari 51,9 pada Januari 2025,” pungkasnya.
Kenaikan ini, lanjutnya, mencerminkan perbaikan dalam kesehatan sektor produksi barang. Peningkatan permintaan baru yang mencapai level tertinggi dalam hampir satu tahun menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan. Adapun aktivitas pembelian dan ketenagakerjaan juga mencatat pertumbuhan yang signifikan.
Untuk perdagangan besok, Selasa (4/3/2025), Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di rentang Rp16.430 – Rp16.490.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.