Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada Skenario IHSG Sentuh 6.000, Pantau Saham INDF hingga INCO

IHSG diproyeksikan masih berpotensi lesu pada awal pekan ini dengan kekhawatiran bisa masuk ke skenario terburuk di level 6.000.
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkinerja jeblok pada perdagangan pekan lalu. IHSG pun diproyeksikan masih berpotensi lesu, hingga mencapai skenario buruk di level 6.000.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup anjlok 3,31% menjadi 6.270 pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (28/2/2025). Level IHSG tersebut merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir, sejak 2021. 

IHSG sudah jeblok 11,43% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Dana asing pun lari dari pasar saham Indonesia dengan catatan nilai jual bersih atau net sell sebesar Rp2,91 triliun pada perdagangan akhir pekan lalu. Alhasil, sepanjang tahun berjalan atau dalam dua bulan awal 2025 net sell asing mencapai Rp21,89 triliun di pasar saham Indonesia. 

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam risetnya menilai IHSG telah breaklow level support 6.300 pada akhir pekan lalu, kembali ke level yang sama di periode Januari-Februari 2021. 

"Berdasarkan pengamatan jangka panjang, terdapat potensi area konsolidasi kuat di kisaran 6.000. Artinya, level psikologis 6.000 dapat diasumsikan sebagai potensi worst scenario IHSG pada saat ini," tulis Valdy dalam risetnya pada Senin (3/3/2025).

Ia memproyeksikan pada perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level resistance 6.400, level pivot 6.300, serta level support di 6.200. 

Menurutnya, sentimen utama yang akan menyelimuti pergerakan IHSG pekan ini masih terkait dengan implementasi kebijakan tarif 25% ke Kanada dan Meksiko, serta tarif tambahan 10% bagi China oleh Pemerintah AS.

Pasar juga masih mengantisipasi potensi reciprocal tariff yang mungkin akan diumumkan pasca pertemuan The Fed atau FOMC pada 18-19 Maret 2025.

Dari dalam negeri, Valdy menilai belum terdapat data ekonomi atau sentimen yang dinilai secara signifikan mampu meredam tekanan jual yang sangat signifikan dalam sepekan terakhir.

Seiring dengan kondisi tersebut, Phintraco Sekuritas menilai terdapat sejumlah saham yang patut diperhatikan. Deretan saham yang direkomendasikan hari ini antara lain PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper