Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Tertahan saat Penjualan Mobil Turun, Saham ASII-IMAS Kian Lesu

Deretan saham emiten otomotif seperti ASII dan IMAS bergerak lesu seiring dengan jebloknya kinerja penjualan mobil nasional pada awal 2025.
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses data saham menggunakan perangkat komputer jinjing dan telepon pintar di Jakarta, Minggu (2/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Deretan saham emiten otomotif seperti PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) bergerak lesu seiring dengan jebloknya kinerja penjualan mobil nasional pada awal 2025. Ditambah, laju penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tertahan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham ASII melemah 2,08% ke level Rp4.700 per lembar pada perdagangan, Rabu (19/2/2025). Harga saham ASII pun turun 4,7% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Begitu juga dengan saham IMAS yang melemah 3,14% pada perdagangan hari ini ke level Rp770 per lembar. Harga saham IMAS juga ambrol 14,92% ytd.

Emiten otomotif lainnya PT Bintang Oto Global Tbk. (BOGA) mencatatkan pelemahan harga saham 0,85% dan PT Putra Mandiri Jembar Tbk. (PMJS) melemah 1,59% pada perdagangan hari ini.

Lesunya saham emiten otomotif pada perdagangan hari ini terjadi di tengah keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuannya di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada hari ini, Rabu (19/2/2025).

Adapun, pada bulan sebelumnya atau dalam RDG BI periode Januari 2025, BI menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin atau dari sebelumnya di level 6%.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kebijakan suku bunga acuan memang memberikan pengaruh bagi kinerja emiten otomotif. Sebab, suku bunga yang masih tinggi akan menekan permintaan kredit kendaraan.

Di sisi lain, pelemahan harga saham emiten otomotif sejauh ini terjadi di tengah momentum lesunya penjualan mobil. Mengacu data terbaru Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 61.843 unit per Januari 2025, turun 11,3% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 69.758 unit.

Penjualan mobil secara ritel juga turun 18,6% yoy menjadi 63.858 unit pada Januari 2025, dibandingkan 78.437 unit pada periode yang sama 2024.

Adapun, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai prospek saham dan kinerja emiten otomotif pada 2025 juga menghadapi tantangan dari kebijakan perpajakan yang diperkirakan menekan daya beli masyarakat terhadap kendaraan konvensional.

Selain kebijakan pajak, beberapa sentimen lain akan memengaruhi kinerja emiten otomotif adalah pertumbuhan ekonomi domestik yang berdampak pada daya beli masyarakat, perubahan harga komoditas seperti baja dan nikel yang memengaruhi biaya produksi.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper