Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.376 per Dolar AS

Rupiah ditutup menguat 0,05% ke posisi Rp16.376 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (12/2/2025).
Karyawati menghitung dolar di salah satu money changer di Jakarta, Kamis (9/1/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawati menghitung dolar di salah satu money changer di Jakarta, Kamis (9/1/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.376 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (12/2/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan naik 0,05% atau 7,5 poin ke posisi Rp16.376 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,02% ke posisi 107,810.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Won Korea melemah 0,05%, rupee India melemah 0,06%, baht Thailand melemah 0,18%, dan dolar Taiwan melemah sebesar 0,05%.

Lalu, peso Filipina melemah 0,02%, yen Jepang melemah 0,79%, dan yuan China melemah sebesar 0,02%. Sedangkan, ringgit Malaysia menguat 0,83%, dolar Hong Kong menguat 0,03%, dan dolar Singapura stagnan.

Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini (12/2/2025) mata uang rupiah ditutup menguat 7 poin ke level Rp16.376, setelah sebelumnya juga sempat menguat 35 poin ke level Rp16.327.

Kemudian untuk perdagangan besok (13/2/2025), dia memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.360-Rp16.430.

Ibrahim mengatakan bahwa investor masih mencerna pengenaan tarif perdagangan yang lebih tinggi oleh Presiden AS Donald Trump pada pekan ini, yang diperkirakan berpotensi memicu inflasi dan membebani pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang. Trump telah mengisyaratkan niatnya untuk mengenakan lebih banyak tarif.

Selain itu, dia mengungkap bahwa Ketua Federal Reserve Jerome Powell juga semakin meremehkan ekspektasi untuk penurunan suku bunga. Powell mengatakan kepada Komite Perbankan Senat bahwa Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, mengingat Fed telah memangkas suku bunga sebesar 1% pada 2024, dan ekonomi tetap kuat.

Menurutnya, komentar itu menggemakan dari pertemuan kebijakan Januari, saat bank sentral mempertahankan suku bunga tetap dan mengisyaratkan sedikit niat untuk memangkas suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.

Ibrahim mengungkap bahwa Ketua Fed akan bersaksi di hadapan Kongres pada Rabu ini, yang kemungkinan akan ditanyai tentang dampak kebijakan Trump terhadap ekonomi dan inflasi.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa beberapa anggota Fed telah memperingatkan bahwa tarif Trump dapat mendukung inflasi. Sebelum kesaksian Powell, data inflasi indeks harga konsumen untuk Januari juga akan dirilis pada  Rabu ini.

Adapun dia menyatakan bahwa analis Goldman Sachs memperkirakan CPI inti akan sedikit di atas konsensus, yang menunjukkan bahwa inflasi tetap stabil.

Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah mulai dijalankan belum terlihat dampaknya secara signifikan. Pasalnya program ini juga masih bertahap dan belum terealisasi 100%.

Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa program MBG akan mendorong sektor-sektor terkait, seperti logistik, packaging, makanan dan minuman, namun karena belum berjalan maksimal, program tersebut hanya akan menyumbang 0,1% terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper