Bisnis.com, JAKARTA — Rencana penerbitan Patriot Bond oleh Danantara Indonesia dinilai sulit menarik minat pelaku usaha jika hanya mengandalkan imbal hasil rendah tanpa dukungan insentif maupun intervensi pemerintah.
Patriot Bond atau obligasi patriot merupakan instrumen pembiayaan strategis yang disiapkan Danantara Indonesia untuk menghimpun dana pembangunan, dengan konsep partisipasi sukarela dari kalangan pengusaha nasional.
Dalam dokumen resminya, Danantara mengakui bahwa kupon yang akan ditawarkan dalam Patriot Bond berada di bawah tingkat pasar. Adapun, menurut laporan Bloomberg, Danantara akan menggalang dana senilai US$3,1 miliar atau Rp50 triliun lewat penerbitan dua seri obligasi bertenor 5 dan 7 tahun dengan kupon 2%.
Sebagai perbandingan, obligasi negara dalam seri SR SR023 ditawarkan dengan kupon 5,8% untuk tenor 3 tahun dan 5,95% untuk tenor 5 tahun. Sementara itu, BI menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 4,25% per Agustus 2025.
Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), menilai struktur kupon yang lebih rendah dari imbal hasil pasar membuat obligasi ini kurang atraktif jika dikemas seperti surat utang biasa. Untuk itu, diperlukan insentif agar pengusaha berminat.
“Patriot Bond dengan return 2% tidak mungkin bisa sukses kalau dikemas seperti obligasi biasa. Harus ada dorongan pemerintah supaya pengusaha nasional mau membeli obligasi tersebut,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (26/8/2025).
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah dapat mempertimbangkan pemberian insentif agar Patriot Bond lebih menarik. Bentuk insentif bisa berupa penghapusan atau penurunan pajak atas kupon obligasi ataupun fasilitas fiskal tambahan bagi pengusaha.
“Kombinasi berbagai insentif bisa disertakan terkait penjualan Patriot Bond ini, semisal, penurunan atau penghapusan pajak untuk kupon obligasi, insentif fiskal lebih tinggi untuk investor yang akan memegang obligasi dalam jangka panjang,” ucapnya.
Dia juga menyatakan selama pembelian obligasi bersifat sukarela, maka partisipasi pengusaha nasional dapat dipandang sebagai bentuk patriotisme. Sebaliknya, jika ada kesan pemaksaan, langkah itu justru berdampak negatif bagi iklim investasi nasional.
Danantara telah memastikan bahwa rencana penerbitan Patriot Bond merupakan bagian dari strategi pendanaan jangka panjang dalam mendukung perekonomian.
Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir mengatakan bahwa setiap inisiatif pembiayaan diarahkan untuk mendukung transformasi ekonomi jangka panjang, serta memperkuat peran dunia usaha dalam pembangunan nasional.
“Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara, seperti Jepang dan Amerika Serikat, untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Melalui instrumen ini, negara memperoleh sumber pendanaan jangka menengah hingga panjang yang stabil. Di sisi lain, pelaku usaha juga memiliki akses terhadap instrumen investasi yang aman sekaligus bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Pandu menjelaskan prinsip dasar obligasi patriot adalah partisipasi sukarela dan tanggung jawab bersama. Skema ini membuka ruang bagi kelompok usaha nasional untuk berkontribusi dalam agenda pembangunan lintas generasi.