Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan kurs rupiah terpantau menguat usai Ketua Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan tidak akan terburu-buru menyesuaikan tingkat suku bunga.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terapresiasi 0,11% menjadi Rp16.366 per dolar AS pada Rabu (12/2/2025) pukul 11.20 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat tipis 0,08% menjadi 108,05 pada saat bersamaan.
Penguatan rupiah diikuti oleh kenaikan ringgit Malaysia sebesar 0,02% dan rupee India sebesar 0,30%. Sementara sejumlah mata uang Asia lainnya seperti yen Jepang melemah 0,78% dan baht Thailand turun 0,16%.
Adapun, Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menegaskan bank sentral Amerika Serikat tidak perlu terburu-buru untuk menyesuaikan suku bunga acuan.
"Dengan sikap kebijakan kita yang sekarang jauh lebih tidak seketat sebelumnya dan perekonomian tetap kuat, kita tidak perlu terburu-buru untuk menyesuaikan sikap kebijakan kita," kata Powell kepada komite Perbankan Senat AS dikutip dari Bloomberg pada Rabu (12/2/2025).
Menurut Powell, mengurangi pembatasan kebijakan terlalu cepat atau terlalu banyak dapat menghambat kemajuan inflasi. Pada saat yang sama, mengurangi pembatasan kebijakan terlalu lambat atau terlalu sedikit dapat melemahkan aktivitas ekonomi dan lapangan kerja.
Menyusul komentar Powell, imbal hasil obligasi pemerintah tetap lebih tinggi sementara harga saham berfluktuasi. Para pedagang juga sebagian besar tidak mengubah ekspektasi mereka terhadap suku bunga tahun ini.
Pasar menilai penurunan suku bunga belum sepenuhnya terjadi hingga September 2025 dan kurang dari dua kali penurunan suku bunga yang diperkirakan terjadi sepanjang tahun 2025.
Komentar Powell sebagian besar menggemakan pernyataan yang dia sampaikan pada Januari 2025 setelah para pejabat The Fed tidak mengubah suku bunga kebijakan utama bank sentral tersebut. Keputusan tersebut diambil setelah Komite Pasar Terbuka Federal menurunkan suku bunga dalam tiga pertemuan terakhirnya pada 2024.
Ketika ditanya apakah perekonomian AS sedang mengalami “soft landing”—sebuah istilah yang menggambarkan penurunan inflasi kembali ke target tanpa memberikan dampak signifikan terhadap pasar tenaga kerja—Powell mengatakan bukan menjadi haknya untuk mengatakan itu.
Data ketenagakerjaan terkini memberikan gambaran pasar tenaga kerja yang melambat tetapi solid. Pengusaha menambahkan 143.000 pekerjaan pada bulan Januari dan tingkat pengangguran turun menjadi 4%.
Sementara itu, inflasi, yang diukur dengan ukuran pilihan The Fed, tetap berada di atas target sebesar 2,6% pada akhir tahun 2024. Powell mengatakan inflasi agak meningkat di atas target bank sentral sebesar 2%. Dalam pernyataannya, Powell menambahkan bahwa ekspektasi inflasi tampak tetap kuat.
Sementara itu, usulan kebijakan Trump telah menambah lapisan ketidakpastian pada prospek ekonomi dan kemungkinan akan menimbulkan pertanyaan bagi ketua The Fed.
Beberapa pejabat The Fed telah mulai memasukkan kebijakan-kebijakan Trump ke dalam perkiraan mereka mengenai bagaimana perekonomian akan berkembang, sementara yang lain mengatakan bahwa mereka belum melihat rincian yang cukup mengenai rencana untuk melakukan hal tersebut.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.