Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (26/8/2025). Apresiasi rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan kali ini cukup agresif dibanding beberapa mata uang negara Asia lainnya.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.06 WIB, rupiah dibuka menguat 0,56% atau 91,5 poin ke Rp16.259 per dolar AS. Sebaliknya, indeks dolar AS melemah 0,17% ke 98,26.
Dari data yang dihumpun Bloomberg, mayoritas mata uang Asia dibuka menguat terhadap dolar AS. Misalnya, yen Jepang terapresiasi 0,32%, dolar Hongkong menguat 0,03%, dolar Singapura menguat 0,09%, yuan China menguat 0,01%, dan baht Thailand terapresiasi 0,07%.
Sebaliknya, dolar Taiwan dibuka melemah 0,08%, won Korea Selatan melemah 0,02%, peso Philipina melemah 0,08%, rupee India terdepresiasi 0,06%, sedangkan ringgit Malaysia dibuka melemah 0,13% terhadap dolar AS.
Mengutip Trading Economics, rupiah diperkirakan akan berada di level Rp16.316,09 per dolar pada akhir kuartal III/2025.
"Ke depannya, kami memperkirakan rupiah akan diperdagangkan pada level Rp16.537 dalam 12 bulan ke depan," tulis laporan tersebut, Selasa (26/8/2025).
Baca Juga
Dalam sebulan terakhir rupiah telah terapresiasi 0,90%, tetapi dalam 12 bulan terakhir terdepresiasi sebesar 5,03%. Rupiah bahkan sempat terpuruk ke level Rp17.107 per dolar AS pada April 2025 lalu.
Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa pemecatan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook oleh Presiden AS Donald Trump telah memicu kekhawatiran tentang independensi Fed dan kemampuannya untuk melakukan kebijakan moneter tanpa campur tangan politik.
Analis menyebut bahwa pemecatan Cook dapat meningkatkan kemungkinan pemotongan suku bunga lebih awal, karena Trump telah berulang kali menekan bank sentral untuk menurunkan biaya pinjaman.
"Pasar sekarang memperkirakan probabilitas 83%, bahwa The Fed akan memberikan pemotongan suku bunga 25 basis poin pada September. Investor juga mengalihkan perhatian mereka pada data ekonomi yang akan datang," tulisnya.
Sebelumnya, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan sentimen luar negeri yang mempengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan beberapa waktu ke depan adalah keputusan bank sentral AS yang akan mengumumkan suku bunga The Fed pada September.
Ibrahim mengatakan sejumlah pejabat The Fed berencana untuk mempertahankan suku bunga karena kondisi inflasi AS yang masih tinggi.
"Namun, di sisi lain manufaktur AS juga mengalami kenaikan. Indikasi ini yang membuat dolar mengalami penguatan," kata Ibrahim.
Sementara dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan pasar juga menyoroti kasus korupsi yang menimpa Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenzer. Menurutnya, kondisi tersebut menjadi sentimen negatif bagi mata uang rupiah.
"Ini yang membuat sedikit kegaduhan karena banyak sekali media asing yang mencermati kondisi kabinet Prabowo Gibran. Ini yang membuat rupiah mengalami pelemahan," ujarnya.