Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menghijau pada hari ini, Jumat (31/1/2025), didorong oleh rebound saham big caps seperti BBCA, BBRI, hingga DSSA dan AMRT.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup naik 35,72 poin atau 0,5% ke posisi 7.109,2 pada Jumat (31/1/2025). Sepanjang hari ini, IHSG bergerak di rentang 7.095,68 hingga 7.174,75.
Tenaga IHSG bersumber dari apresiasi harga saham sejumlah emiten berkapitalisasi jumbo. Top leaders IHSG pada hari ini ialah saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang naik 3,28% ke level Rp9.450, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) naik 2,43% ke level Rp4.220, dan saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) naik 3,1% ke posisi Rp44.950 jelang akhir pekan.
Selain itu, saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) juga terapresiasi 3,99% ke posisi Rp2.870 dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) naik 2,8% ke posisi Rp4.770 pada hari ini.
Di sisi lain, saham yang menahan IHSG dari rebound yang lebih tinggi ialah koreksi harga saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) turun 5,64% ke posisi Rp7.525, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) turun 1,23% ke posisi Rp6.025, dan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) merosot 1,1% ke posisi Rp9.025.
Selain itu, top laggards IHSG pada hari ini juga diisi oleh saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) yang tergerus 4,14% ke level Rp11.575 dan saham PT Sinarmas Multi Artha Tbk. (SMMA) merosot 1,45% ke posisi Rp15.275 per saham.
Baca Juga
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memaparkan sejumlah sentimen eksternal yang membayangi pasar saham Indonesia. Salah satunya, keputusan European Central Bank (ECB) untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps ke 2,75%.
Dia menilai keputusan ECB memangkas suku bunga acuan turut menjustifikasi keputusan RDG Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan di samping justifikasi-justifikasi yang disampaikan dalam RDG tersebut.
Akan tetapi, dalam jangka pendek, kebijakan ini berpotensi memicu penguatan indeks dolar AS yang berdampak negatif pada nilai tukar rupiah.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.