Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,70% atau 49,85 poin ke level 7.107,88 pada perdagangan hari ini, Rabu (18/12/2024), usai pengumuman Bank Indonesia mempertahankan suku bunganya. Saham BMRI, AADI, hingga BBCA ditutup melemah sore ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sebanyak 224 saham menguat, 399 saham melemah, dan 323 saham stagnan sore ini. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 7.105-7.216. Kapitalisasi pasar IHSG tercatat turun menjadi Rp12.300 triliun.
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi salah satu saham yang melemah sore ini. Saham BMRI yang menjadi saham dengan nilai perdagangan tertinggi sore ini melemah 2,10% ke level Rp5.825 per saham.
Selain BMRI, saham bank lainnya yang juga mencetak nilai perdagangan tinggi hari ini adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Saham BBCA turun 1,01% atau melemah ke level Rp9.800 pada perdagangan hari ini.
Demikian juga dengan saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) yang turun 3,08% ke level Rp8.650 per saham sore ini. Pelemahan juga terjadi pada saham TLKM yang turun 1,91% ke level Rp2.570, saham BUMI turun 2,22% ke level Rp132, dan saham DSSA melemah 1,08% ke level Rp38.750 per saham.
Di sisi lain, sejumlah saham seperti ADRO yang baru saja mengumumkan pembagian dividen ditutup menguat sore ini, dengan naik 3,19% ke level Rp2.590 per saham. Begitu pula dengan saham BREN milik Prajogo Pangestu yang menguat 1,99% ke level Rp8.975 per saham sore ini.
Baca Juga
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan alias BI Rate di level 6% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17—18 Desember 2024.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 17 dan 18 Desember 2024 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate sebesar 6%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (18/12/2024).
Dalam pengumuman suku bunga BI hari ini, bank sentral juga menetapkan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75%.
Perry mengatakan keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak makin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan Amerika Serikat dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah," ujar Perry.
Ke depan, BI akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi, serta dinamika kondisi yang berkembang, dalam mencermati ruang penurunan suku bunga moneter lebih lanjut.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.