Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpeluang rebaound pada perdagangan hari ini, Kamis (28/11/2024), usai parkir di zona merah dalam sesi perdagangan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,33% ke level Rp15.934 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (26/11). Pada saat yang sama, indeks dolar AS tercatat menguat 0,28% ke level 107,19.
Melansir Reuters, dolar menguat terhadap mata uang utama lainnya pada hari Selasa setelah Presiden terpilih AS, Donald Trump, berjanji untuk memberlakukan tarif pada semua impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif tambahan pada China.
Di sisi lain, pasar saham melemah, terdorong oleh pencalonan manajer dana Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan, yang dianggap oleh investor sebagai suara Wall Street di Washington.
Penunjukan Bessent juga menyebabkan penurunan tajam pada imbal hasil obligasi AS, karena investor berbondong-bondong membeli obligasi Treasury, yang membuat dolar melemah pada sesi sebelumnya.
"Seolah-olah Trump ingin mengingatkan pasar siapa yang memegang kendali, setelah mencalonkan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan," kata Matt Simpson, Senior Market Analyst City Index.
Baca Juga
Trump mengatakan bahwa pada hari pertamanya menjabat, dia akan memberlakukan tarif 25% pada semua produk dari Meksiko dan Kanada, serta tarif tambahan sebesar 10% pada barang dari China, dengan alasan kekhawatiran terhadap imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba terlarang.
"Hanya bulan lalu Trump mengatakan bahwa 'kata paling indah dalam kamus adalah tarif', jadi seharusnya tidak ada kejutan terkait niat Trump, hanya pada waktu pernyataannya," kata Sean Callow, Senior FX Analyst di ITC Markets.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pencalonan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan membebani dolar, di tengah beberapa perkiraan jika ia akan menjadi suara moderasi dalam pemerintahan Trump.
"Namun, kemunduran dolar bisa bersifat sementara, mengingat Bessent secara terbuka mendukung dolar yang kuat dan juga mendukung tarif perdagangan," kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (26/11/2024).
Indeks dolar diperkirakan akan tetap menguat didukung oleh kebijakan Trump, yang dipandang dapat menaikkan inflasi, dan kemungkinan akan menghasilkan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama di AS selama beberapa tahun mendatang.
Sementara itu, pelaku pasar juga mengurangi taruhan untuk pemangkasan suku bunga seperempat poin dari Federal Reserve pada bulan Desember menjadi 52%, dibandingkan dengan 72% sebulan lalu, menurut CME Fedwatch Tools.
Indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi yang digunakan Fed, dijadwalkan untuk dirilis pada hari Jumat mendatang, dan diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang suku bunga.
Dari dalam negeri, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2024 mencatatkan surplus sebesar US$5,9 miliar. Sebelumnya, NPI mengalami defisit sebesar US$0,6 miliar pada kuartal II/2024.
Surplus tersebut dipicu oleh perbaikan sejumlah indikator, salah satunya penurunan defisit transaksi berjalan menjadi US$2,2 miliar atau 0,6% dari PDB, lebih baik dibandingkan defisit US$3,2 miliar pada kuartal II/2024.
Capaian surplus NPI tersebut turut memengaruhi posisi cadangan devisa Indonesia. Cadangan devisa telah meningkat menjadi sebesar US$149,9 miliar pada akhir September 2024, atau setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Rupiah dibuka menguat 0,44% atau 69,5 poin ke posisi Rp15.865 per dolar AS pukul 09.06 WIB.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau melemah 0,07% ke 106,15.