Bisnis.com, BANTEN — Emiten petrokimia besutan Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) bakal mengintegrasikan keunggulan bisnis masing-masing pemegang sahamnya usai akuisisi kilang minyak Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP) rampung awal tahun depan. Salah satunya termasuk dari PT Barito Pacific Tbk.
Direktur Chandra Asri Edi Riva’i mengatakan penggabungan kekuatan masing-masing pemegang saham utama TPIA bakal memberi nilai tambah bagi bisnis kilang minyak dan petrokimia SECP yang akan diambilalih nanti.
“Emisi dari industri minyak, kilang petrokimia itu cukup tinggi sementara kalau bicara yang di luar mereka tidak punya resources untuk dinaturalisasikan. Kalau di Chandra Asri kita dapat memanfaatkan kredit karbon dari Barito Pacific,” kata Edi saat temu media di kawasan pabrik Chandra Asri, Banten, Senin (18/11/2024).
Edi mengatakan peluang kredit karbon dari PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) untuk bisnis kilang minyak dan petrokimia bakal menjadi nilai tambah bagi perseroan dibandingkan dengan kompetitor lainnya.
Selain itu, Edi mengatakan, kilang minyak dan petrokimia di Singapura bakal mendapat tambahan pasokan minyak mentah dan naphtha masing-masing dari pemegang saham mayoritas lainnya, yaitu Thai Oil Public Company Limited dan The Siam Cement Public Company Limited.
Adapun, Thai Oil Public Company Limited menggenggam saham 15% di TPIA lewat afiliasinya PT Top Investment Indonesia. Sementara itu, The Siam cement Public Company Limited memegang 30,57% saham di TPIA lewat SCG Chemicals Public Company Limited.
Di sisi lain, Prajogo Pangestu lewat BRPT memegang 34,63% saham TPIA. Selain itu, Prajogo Pangestu turut memegang saham TPIA sebagai investor individu sebesar 5,06%.
“Pemegang saham lainnya seperti Thai Oil dia punya sumur minyak di Thailand mereka bisa memasok minyak mentah untuk kilang Bukom,” kata Edi.
Sebelumnya, TPIA memperkirakan transaksi akuisisi aset kilang minyak dan kimia milik SECP di Pulau Bukom dan Pulau Jurong, Singapura rampung awal 2025.
Saat ini, TPIA masih menantikan proses legal yang dikerjakan otoritas Singapura ihwal akuisisi aset SECP tersebut.
Berdasarkan hitung-hitungan manajemen, akuisisi aset SECP itu bakal mengerek pertumbuhan pendapatan TPIA sekitar 5 kali lipat pada rentang 2025 sampai dengan 2026 mendatang.
Di sisi lain, kapasitas output dari kilang minyak dan petrokimia TPIA diproyeksikan naik dua kali lipat dari level 4,23 juta ton pada tahun ini menjadi 8,5 juta ton pada 2025, setelah akuisisi SECP masuk ke dalam pencatatan keuangan TPIA.
Kontribusi signifikan berasal dari kilang minyak dengan peningkatan produksi bitumen 1.430 KT, gasoil 2.969 KT, gasoline naik 1.639 KT bahan bakar naik 1.727 KT dan lain lainnya 735 KT.
Berdasarkan Laporan Keuangan per 30 September 2024, TPIA mencatat akun kerugian makin lebar ke angka US$59,9 juta atau sekitar Rp940,14 miliar (asumsi kurs Rp15.695 per dolar AS).
Posisi rugi itu makin dalam dari pencatatan periode yang sama tahun sebelumnya di level US$21,38 juta atau sekitar Rp335,55 miliar.
Sedangkan pendapatan tercatat sebesar US$1,23 miliar, terkoreksi 25,9% dari posisi pencatatan periode yang sama tahun sebelumnya di level US$1,66 miliar.