Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Dibuka Menguat ke Level 7.311, Saham TPIA, PANI, BREN Melaju

IHSG menguat sebesar 0,38% atau 27,59 poin menuju 7.349,58 pada hari ini. Saham apa yang jadi motor penggerak indeks komposit?
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Minggu (13/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Minggu (13/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 7.311,26 pada Kamis (14/11/2024). Saham big caps yang tercatat membukukan kenaikan, antara lain TPIA, PANI, BREN, dan DSSA.  

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat tipis 0,04% atau 2,59 poin menuju 7.311,26 sesaat setelah pembukaan. Pada hari ini, IHSG dibuka pada level 7.308,67 dan sempat bergerak ke posisi 7.318,77.

Tercatat, sebanyak 175 saham menguat, 200 saham menurun, dan 198 saham stagnan. Sementara itu, kapitalisasi pasar alias market cap mencapai Rp12.358,24 triliun.

Di tengah kenaikan indeks komposit, saham berkapitalisasi pasar jumbo seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) terpantau membukukan kenaikan sebesar 1,09% ke level Rp6.925. Posisi itu diikuti oleh saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) yang meningkat 0,79% menuju level Rp15.975 per saham.

Saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) turut meningkat 0,68% ke Rp7.425, dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) naik 0,51% menjadi Rp39.250. 

Adapun, saham berkapitalisasi besar yang menurun dipimpin PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan koreksi 1,16% menuju level Rp2.550 per saham.

Kemudian, ada PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang melemah 1,05% ke Rp9.400, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 0,81% menuju Rp4.920, dan PT Astra International Tbk. (ASII) terkoreksi 0,70% ke Rp4.990.

Di sisi lain, saham top gainers awal hari ini dihuni oleh saham IPO PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk. (NAIK) yang melesat 25,69% ke Rp181. Diikuti PT Daaz Bara Lestari Tbk. (DAAZ) dengan pertumbuhan 24,78% ke Rp2.140.

Sementara itu, penghuni jajaran top losers adalah PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk. (SPRE) yang merosot 9,91% ke Rp200, dan berikutnya dihuni oleh PT Visi Teknologi Infrastruktur Tbk. (GOLD) dengan penurunan 6,83% menuju Rp300.

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memproyeksikan IHSG akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat. Level support indeks diperkirakan berada di 7.182, sedangkan resistance 7.386.

Dia menuturkan bahwa IHSG pada perdagangan sebelumnya ditutup melemah 0,18% menuju level 7.308,67. Pelemahan dipimpin oleh saham-saham sektor consumer non-cyclicals yang turun 1,79% dan properti sebesar 1,56%.

“Sementara itu, asing membukukan net sell sebesar Rp816,16 miliar di pasar reguler dengan saham-saham yang paling banyak dijual seperti BBRI, BMRI, TLKM, BBCA, dan BBNI,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (14/11/2024). 

Reza menyatakan katalis negatif IHSG datang dari pelemahan nilai tukar rupiah, dan pelaku pasar tengah mengantisipasi arti terpilihnya kembali Donald Trump dengan kebijakan stimulus China dan dampaknya ke negara Asia.

“Secara teknikal, candle terakhir IHSG berbentuk black spinning top tetapi indikator stochastic golden cross pada area oversold. Ini mengartikan IHSG berpeluang besar bergerak variatif dengan kecenderungan menguat,” pungkasnya. 

Reliance Sekuritas Indonesia memperkirakan saham yang berpotensi meningkat pada beberapa hari mendatang adalah DOID, BRIS, BBRI, dan EXCL. 

Terpisah, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menyampaikan bahwa dari dalam negeri, IHSG kembali terkoreksi sejalan dengan outflow di pasar ekuitas domestik senilai Rp692 miliar pada 13 November 2024. 

Outflow sejalan dengan rupiah yang masih tertekan ke level Rp 15.769. Di sisi lain, Ratih menuturkan bahwa kembali naiknya imbal hasil obligasi AS memberikan dampak pada capital outflow dan mempengaruhi kondisi nilai tukar rupiah. 

“Sementara, pelaku pasar mencermati rilis neraca dagang di akhir pekan. Kondisi neraca dagang Oktober 2024 diproyeksikan masih tercatat surplus dan melanjutkan surplus 53 bulan beruntun hingga September 2024,” ucapnya.

Dari mancanegara, gerak indeks utama Wall Street bervariasi setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS). Inflasi AS pada Oktober 2024 secara tahunan tercatat 2,6%. Meskipun pertumbuhan inflasi lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 2,4%, tetapi perolehan itu sesuai dengan ekspektasi pasar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper