Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melonjak di atas level US$2.600 untuk pertama kalinya, yang didorong oleh penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Mengutip Reuters pada Sabtu (21/9), harga emas di pasar spot naik sebesar 1,3% menjadi US$2.620,63 per troy ounce, sementara harga emas berjangka AS naik 1,2% menjadi US$2.646,20 per troy ounce.
Harga emas mendapat dorongan setelah Federal Reserve memulai pelonggaran suku bunga, sehingga menambah daya tarik emas. Ahli strategi komoditas di TD Securities Daniel Ghali mengatakan bahwa rekor tersebut dapat memicu kemungkinan untuk melakukan koreksi.
"Jelas, masih ada beberapa aktivitas pembelian yang terkait dengan keputusan Fed untuk memulai siklus pelonggaran mereka dengan pemangkasan besar," katanya dilansir dari Reuters, Sabtu (21/9/2024).
Ghali menambahkan, meski begitu sumber aktivitas pembelian ini masih di luar radarnya, mengingat arus masuk ETF relatif kecil dan pembeli Asia masih melakukan aksi mogok, yang semuanya menunjukkan tanda posisi ekstrem.
Adapun, rekor kenaikan tersebut telah mengikis permintaan ritel untuk konsumen utama, antara lain di China dan India.
Baca Juga
"Kenaikan harga emas tidak akan berlangsung selamanya," kata Commerzbank dalam sebuah catatan, mengutip ekspektasi penurunan suku bunga hanya sebesar 25 basis poin pada dua pertemuan Fed berikutnya.
Meski begitu, analis lainnya dari Forex.com Fawad Razaqzada dalam sebuah catatan mengatakan bahwa emas bisa mengalami lonjakan lebih lanjut.
"Risiko geopolitik, seperti konflik yang sedang berlangsung di Gaza, Ukraina, dan di tempat lain, akan memastikan permintaan emas sebagai aset safe haven tetap terjaga," katanya.
Kemudian, para analis lainnya melihat melemahnya dolar secara terus-menerus, yang membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, menawarkan dorongan tambahan.
Sementara itu, untuk perak spot naik 1,2% menjadi US$31,16, platinum turun 1,1% menjadi US$978,50 dan paladium turun 0,5% menjadi US$1.074,84.