Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anggaran Kesehatan pada 2025 Rp197,5 Triliun, Emiten Farmasi Makin Bugar?

Mampukah alokasi angggaran kesehatan Rp197,8 triliun pada 2025 menjadi katalis positif terhadap emiten farmasi?
Peniliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan uji Lab penemuan obat herbal di Pusat Penelitian Kimia Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan. Bisnis
Peniliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan uji Lab penemuan obat herbal di Pusat Penelitian Kimia Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan. Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Alokasi anggaran untuk sektor kesehatan sebesar Rp197,8 triliun, atau 5,5% dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 diproyeksi berdampak positif bagi emiten-emiten farmasi.  

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis mengatakan anggaran kesehatan itu akan berdampak positif apabila dijalankan dengan baik. Salah satu sektor yang berpotensi terimbas positif ialah emiten-emiten farmasi.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, ada sekitar 10 emiten yang bergerak pada sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. Dari jumlah tersebut, 5 saham mengalami penguatan dan 5 saham lainnya melemah sepanjang tahun berjalan 2024.

Kenaikan harga saham paling tinggi dialami oleh saham PT Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) sebesar 41,69%, disusul saham PT Pabrik Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) yang menguat 34,29% year-to-date (YtD).

Di sisi lain, saham emiten farmasi yang tertekan secara YtD a.l. PT Indofarma Tbk. (INAF) yang anjlok 78,28% dan PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) merosot 56,75%.

Menurut Azis, tekanan terhadap emiten farmasi yang berimbas ke penurunan saham dipengaruhi oleh kinerja keuangan emiten farmasi yang kurang memuaskan. 

"Kalau di sektor farmasi, kinerja keuangan emiten yang kurang memuaskan menjadi faktor penurunan sahamnya. Terlebih adanya pelemahan dolar AS terhadap rupiah sehingga meningkatkan beban bahan baku dari emiten farmasi," katanya kepada Bisnis, Selasa (20/8/2024). 

Sebelumnya, Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa nilai tukar rupiah pada 2025 akan dijaga pada level Rp16.100. Azis menilai asumsi kurs dalam RAPBN 2025 itu mencerminkan risiko pelemahan nilai rupiah pada tahun depan dan masih menjadi tantangan bagi emiten farmasi. 

"Pelemahan rupiah memang masih akan menjadi tantangan bagi emiten farmasi, tetapi kita perlu melihat bagaimana strategi dari manajemen apakah akan ada hedging atau strategi lainnya," ucapnya. 

Dia juga menyebut strategi ekspor oleh emiten-emiten farmasi sebagai langkah positif yang dapat meningkatkan kinerja pendapatan, mendulang pendapatan dalam valuta asing, serta menjaga bottom line emiten farmasi dari risiko rugi selisih kurs. 

Harga Saham Emiten Farmasi hingga Pukul 14.40 WIB

Kode Saham

Harga Saham (Rp/saham)

Kinerja Saham YtD

DVLA

1.695

1,8%

INAF

126

-78,28%

KAEF

625

-56,75%

KLBF

1.695

5,28%

MERK

3.840

-8,13%

PEHA

350

-45,31%

PYFA

104

-30,56%

SIDO

700

34,29%

SOHO

660

32%

TSPC

2.600

41,69%

Sumber: Bloomberg, diolah.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper