Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah membacakan asumsi makro 2025 pada akhir pekan lalu, Jumat (16/8/2024). Pada kesempatan itu, Kepala Negara menyebut alokasi anggaran kesehatan mencapai Rp197,8 triliun. Analis melihat asumsi makro ini dapat berdampak positif terhadap emiten-emiten di sektor kesehatan.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan asumsi makro yang ditentukan pemerintah secara umum cukup positif, dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan inflasi yang terkendali.
"Secara prospek, dengan indikasi aktivitas ekonomi yang cukup kuat ini bisa berdampak positif ke pasar modal," ujar Sukarno, Jumat (16/8/2024).
Sukarno menyebut anggaran kesehatan pada 2025 menunjukkan komitmen pemerintah di sektor ini. Dengan jumlah anggaran tersebut, Sukarno melihat dampak ke emiten sektor kesehatan selalu positif karena adanya peningkatan permintaan terhadap produk dan jasa kesehatan.
"Tapi kita perlu memperhatikan faktor lain juga seperti kondisi global, kebijakan pemerintah, dan faktor lainnya untuk melihat arah pasar modal kita di tahun depan," ucap Sukarno.
Sebagai informasi, dalam pembacaan asumsi makro, pemerintah mengalokasikan anggaran di sektor kesehatan sebesar Rp197,8 triliun, atau 5,5% dari belanja negara.
Baca Juga
Anggaran tersebut ditujukan untuk peningkatan kualitas dan keterjangkauan layanan, percepatan penurunan stunting, dan penyakit menular seperti TBC, serta penyediaan pemeriksaan kesehatan gratis.
Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur sebesar Rp400,3 triliun. Angka tersebut turun 5,3% dibandingkan anggaran tahun 2023 lalu yang sebesar Rp422,7 triliun.
Menurut Sukarno penurunan anggaran di sektor infrastruktur menjadi sentimen yang sedikit kurang baik bagi pasar atau sektor yang berkaitan. Akan tetapi, Sukarno melihat hal tersebut dapat berdampak positif untuk sektor konstruksi karena anggaran di infrastruktur salah satunya difokuskan terkait dengan keberlanjutan Pembangunan IKN.
Selain itu, lanjutnya, jika perusahaan terdampak mampu mengimbangi dengan efisiensi anggaran dan tetap fokus pada proyek-proyek strategis, dampak penurunan dari anggaran infrastruktur ini mungkin tidak terlalu signifikan.
Berdasarkan catatan Bisnis, sedikitnya ada 30 emiten yang bergerak pada sektor kesehatan. Dari puluhan emiten tersebut, mayoritas kinerja sahamnya berada dalam tekanan sepanjang tahun berjalan 2024 ini. Tercatat 18 saham parkir di zona merah, 1 saham stagnan dan sisanya bergerak di zona hijau.
Saham PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) milik konglomerat Dato Sri Tahir tercatat menjadi saham sektor kesehatan dengan kinerja paling moncer dengan kenaikan 683,33% ytd. Sementara saham emiten BUMN PT Indofarma (Persero) Tbk. (INAF) menjadi saham paling boncos di sektor ini dengan pelemhan 78,28% ytd.
Berikut Daftar 30 Emiten Sektor kesehatan & Kinerja Sahamnya:
NO | Kode Saham | Harga Saham Ytd | Perubahan Ytd |
1 | MERK | Rp3.830 | -8,37 |
2 | PYFA | Rp100 | -33,23 |
3 | SCPI | Rp29.000 | 0% |
4 | CARE | Rp80 | -50% |
5 | PRIM | Rp55 | -37,50% |
6 | DGNS | Rp197 | -19,92% |
7 | MEDS | Rp50 | -26,47% |
8 | PRAY | Rp610 | -13,48% |
9 | DVLA | Rp1.675 | 0,60% |
10 | INAF | Rp126 | -78,28% |
11 | HEAL | Rp1.295 | -13,09% |
12 | KAEF | Rp615 | -57,44% |
13 | KLBF | Rp1.650 | 2,48% |
14 | MIKA | Rp2.970 | 4,21% |
15 | MTMH | Rp1.125 | -16,67% |
16 | PEHA | Rp350 | -45,31% |
17 | PRDA | Rp3.200 | -40,74% |
18 | RSGK | Rp1.160 | -7,57% |
19 | SAME | Rp318 | 1,26% |
20 | SIDO | Rp720 | 37,14% |
21 | SILO | Rp2.730 | 25,24% |
22 | SOHO | Rp655 | 31% |
23 | SRAJ | Rp2.350 | 683,33% |
24 | TSPC | Rp2.790 | 52,04% |
25 | OMED | Rp182 | -0,55% |
26 | MMIX | Rp56 | -72% |
27 | PEVE | Rp236 | 38,82% |
28 | HALO | Rp71 | 42% |
29 | MMIX | Rp56 | -72% |
30 | IRRA | Rp464 | -42% |
_____________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.