Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pemerintah untuk mendorong penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo hingga holding tambang MIND ID dianggap sebagai upaya strategis mengerek kapitalisasi pasar bursa efek saat ini.
Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto berpendapat rencana IPO sejumlah perusahaan holding pelat merah itu bakal meningkatkan likuiditas bursa.
“Calon emiten pelat merah yang ditunggu tentu yang bisa memberikan efek signifikan, paling tidak setara dengan saham yang masuk LQ45,” kata Toto saat dikonfirmasi, Minggu (18/8/2024).
Di sisi lain, kata Toto, sejumlah perusahaan holding pelat merah itu nantinya mesti tunduk pada regulasi sebagai perusahaan publik. Ketentuan terkait dengan Good Corporate Governance (GCG) terutama aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi keharusan.
“Dalam situasi ini diharapkan kinerja BUMN bisa menjadi lebih baik karena pengelolaan bisnis yang bisa lebih dipertanggungjawabkan,” kata Toto.
Sebelumnya, Kementerian BUMN menyebutkan sejumlah holding yang memiliki nilai besar dalam jangka panjang seperti Pelindo, Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata InJourney serta holding tambang MIND ID.
Baca Juga
Dia berharap rencana IPO sejumlah holding BUMN itu bisa segera direalisasikan untuk meningkatkan kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) mendatang.
“Dengan market cap BEI saat ini sekitar Rp11.600 triliun, di mana kontribusi perusahaan BUMN lebih dari 20%, maka kehadiran tambahan IPO BUMN berikutnya sangat potensial meningkatkan market cap,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian BUMN di bawah komando Erick Thohir memberikan kisi-kisi adanya peluang IPO dari perusahaan pelat merah mulai dari Pelindo hingga MIND ID.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa dalam kurun 5 tahun ke depan, diharapkan muncul perusahaan-perusahaan pelat merah baru yang dapat masuk ke dalam daftar top perusahaan baik menurut Forbes maupun Fortune.
“Contohnya Pelindo Grup yang sudah kami merger menjadi Pelindo. InJourney yang sekarang menyatukan seluruh airport, wisata, dan juga Garuda. Nanti Grup MIND ID, jadi nanti akan ada size-size menengah yang akan menjadi besar, yang harapannya suatu hari mungkin akan kami bawa IPO,” kata Kartika dalam Market Outlook 2024 pada Selasa (16/7/2024).
Dengan langkah tersebut, pria yang akrab disapa Tiko ini berharap tidak ada lagi perusahaan pelat merah dengan valuasi kecil di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti PT Indofarma Tbk. (INAF) atau PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI).
“Kami akan fokus kepada BUMN-BUMN yang punya signifikan size dan memang punya kompetensi serta masa depan yang baik untuk bisa dibawa ke pasar modal,” ucapnya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Direktur Utama BEI Iman Rachman menyampaikan kini ada 30 perusahaan yang masuk dalam antrean atau pipeline IPO. Namun, dari jumlah tersebut, belum ada yang berasal dari BUMN ataupun anak perusahaan pelat merah.
“Tunggu saja, wait and see pada pemerintahan baru, tetapi kami harapkan tahun depan mungkin ada BUMN atau anak BUMN yang akan IPO,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/7/2024).
Dia menyatakan bahwa BEI menargetkan ada 62 perusahaan melantai di Bursa pada tahun ini. Jumlah itu melandai dibandingkan jumlah IPO pada 2023 yang mencapai 79 perusahaan.
___________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.