Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan hingga saat ini, terdapat 34 perusahaan yang telah melakukan pencatatan saham atau listing di BEI sepanjang 2024. Lalu, dari 34 perusahaan tersebut, perusahaan mana yang memiliki nilai emisi tertinggi?
Berdasarkan catatan Bisnis, hingga 13 Agustus 2024, nilai emisi tertinggi untuk IPO di 2024 masih dipegang oleh PT Ancara Logistics Indonesia Tbk. (ALII). ALII tercatat memperoleh dana segar sebesar Rp860,9 miliar dari pencatatan saham yang dilakukan pada 7 Februari 2024 lalu.
Emiten dalam Grup Bakrie ini menawarkan sebanyak 31,6 miliar sahamnya ke publik, dengan nilai penawaran sebesar Rp272 per saham.
Di belakang ALII, emiten dengan raihan dana IPO terbanyak adalah PT Adhi Kartiko Pratama Tbk. (NICE) dengan nilai emisi Rp532,7 miliar. Emiten yang kemudian diakuisisi Grup LG ini melepas 1,21 miliar saham ke publik dan melakukan listing pada 9 Januari 2024.
Setelah itu, emiten lain yang juga membukukan nilai pencatatan saham tertinggi tahun ini adalah produsen sepeda PT Terang Dunia Internusa Tbk. (UNTD). UNTD melepas sebanyak 1,66 miliar saham ke publik dengan harga Rp240 per saham. UNTD meraih dana IPO sebesar Rp400 miliar dari aksi ini.
Emiten teranyar yang juga mencatatkan nilai IPO cukup tinggi di tahun ini adalah PT Intra GolfLink Resorts Tbk. (GOLF). GOLF menawarkan sahamnya pada harga Rp200 per saham dengan melepas 1,95 miliar saham.
Baca Juga
Emiten afiliasi keluarga Cendana ini meraih dana IPO sebesar Rp390 miliar dari IPO ini.
Adapun emiten dengan IPO jumbo atau dengan nilai emisi di atas Rp1 triliun terakhir yang tercatat di BEI adalah PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN). Emiten milik Prajogo Pangestu ini meraih dana IPO hingga Rp3,08 triliun dan tercatat melakukan listing pada 9 Oktober 2023.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan untuk menggaet lebih banyak perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar melantai di Bursa, BEI telah menjalankan kerja sama untuk melakukan survei kepada konglomerasi dan grup-grup besar yang belum menjadi perusahaan tercatat.
Tujuan dari survei ini menurut Nyoman adalah bagaimana Bursa dapat mengetahui apa yang mengakibatkan grup konglomerasi tersebut belum masuk ke pasar modal Indonesia.
"Jadi kami ada dua riset yang sedang kami lakukan. Riset dari sisi supply side, kenapa para grup besar belum tercatat," ujar Nyoman.
Riset kedua yang juga dilakukan Bursa adalah dari sisi demand. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi investor dan perusahaan besar seperti apa yang investor inginkan untuk tercatat.
Kedua riset tersebut akan digabungkan Bursa untuk menjadi feedback bagi regulator dan stakeholder untuk mengembangkan pasar modal ke depan.
Nyoman juga memberikan kabar terbaru mengenai IPO mercusuar atau lighthouse. Menurutnya, satu perusahaan lighthouse telah memastikan akan melakukan IPO dan tengah memperbaiki laporan keuangannya.
"Tentu kami akan menunggu IPO yang lighthouse ini, apakah akan menyampaikan di periode ini. Mudah-mudahan mereka akan masuk [Bursa] di tahun ini," tutur Nyoman.
___________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.