Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.260 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (31/7/2024). Pasar masih optimistis The Fed akan pangkas suku bunga September mendatang.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan naik 40 poin atau 0,25% ke posisi Rp16.260 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar as terpantau melemah 0,29% ke level 104,027.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak naik terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 1,52%, dolar Singapura dan dolar Hong Kong naik masing-masing sebesar 0,19% dan 0,01%, won Korea menguat 0,70%, peso Filipina menguat 0,46%.
Kemudian yuan China menguat 0,20%, ringgit Malaysia menguat 0,46%, dan baht Thailand menguat 0,66%. Sementara mata uang yang melemah hanya rupee India sebesar 0,01%.
Direktur Laba Forexindo berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil. Namun, fokus akan tertuju pada sinyal potensial pemangkasan suku bunga, menyusul beberapa pembacaan inflasi yang lemah dan komentar dovish dari pejabat Fed.
“Konsensus umum sebagian besar mendukung pemangkasan 25 basis poin pada bulan September,” kata Ibrahim dalam riset harian, Rabu (31/7/2024).
Baca Juga
Ketegangan di Timur Tengah memanas menyusul laporan bahwa kepala Hamas Ismail Haniyeh telah dibunuh di Iran, menurut pernyataan dari kelompok militan Palestina Hamas dan laporan media pemerintah Iran pada hari Rabu.
Hal ini terjadi sehari setelah pemerintah Israel mengklaim telah menewaskan komandan senior Hizbullah dalam serangan udara di Beirut pada hari Selasa sebagai balasan atas serangan roket lintas batas pada Sabtu di Israel.
Ibrahim menjelaskan di Asia, data PMI menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok menyusut selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Juli, sementara pertumbuhan non manufaktur melambat. Data tersebut muncul setelah pertemuan Politbiro Tiongkok yang menunjukkan pemerintah menjanjikan lebih banyak langkah stimulus, terutama yang ditujukan untuk meningkatkan sentimen konsumen.
Dari dalam negeri, lembaga pemeringkat S&P kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating atau peringkat utang Indonesia pada BBB, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024.
S&P meyakini bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid dengan ketahanan eksternal dan beban utang pemerintah yang terjaga, didukung kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel.
S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5,0%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut didorong permintaan domestik yang tetap kuat, serta belanja Pemerintah dan investasi swasta yang meningkat.
Selain itu, inovasi strategi operasi moneter yang pro-market dengan penggunaan instrumen berbasis pasar dinilai semakin meningkatkan fleksibilitas kebijakan moneter. Pada sektor fiskal, S&P memandang pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Oleh sebab itu, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah pada perdagangan besok, Kamis (1/8/2024) rupiah akan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.210 - Rp16.280 per dolar AS.