Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun menguat, harga minyak mentah berada dalam tren stabil mendekati level terendah dalam enam minggu karena data ekonomi China yang positif membantu meredakan kekhawatiran atas permintaan negara importir terbesar di dunia.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (29/7/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2024 menguat 0,27% menjadi US$77,37 per barel pada pukul 07.46 WIB.
Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September 2024 juga menguat 0,41% menjadi US$81,46 per barel pada pukul 07.43 WIB.
Harga minyak mentah WTI diperdagangkan mendekati US$77 per barel. Kemudian, minyak mentah brent diperdagangkan di atas US$81 per barel setelah menurun 1,5% pada Jumat (26/7) mencatat penurunan mingguan ketiga.
Keuntungan industri China telah tumbuh lebih cepat dari tahun ke tahun pada Juni 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini menunjukan adanya ketahanan manufaktur di negeri ini.
Data tersebut melawan kekhawatiran terhadap penurunan permintaan minyak di China, yang menjadi salah satu faktor menurunnya harga minyak pada perdagangan Jumat (26/7).
Baca Juga
Pasalnya, direktur energi berjangka di Mizuho di New York, Bob Yawger, mengatakan bahwa jika permintaan di China menurun, maka harga minyak mentah juga akan mengalami pelemahan.
"Dan itu adalah skenario terburuk yang mungkin terjadi bagi negara yang merupakan importir minyak mentah terbesar di planet ini," pungkasnya, seperti dikutip dari Reuters.
Adapun, permintaan dari Amerika Serikat sebagai konsumen minyak utama dunia juga diperkirakan menurun karena kilang minyak AS sedang bersiap untuk memangkas produksi menjelang akhir musim berkendara musim panas di awal September 2024.
Harga minyak mentah pada tahun ini tetap menguat tipis, yang dibantu oleh disiplin pasokan anggota OPEC+ dan ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) semakin mendekati biaya pinjaman yang lebih rendah. Keputusan The Fed akan diumumkan pada Rabu waktu setempat (31/7). OPEC+ nantinya juga akan melakukan pertemuan, dengan pasar yang terbagi mengenai apakah kelompok tersebut akan mengubah tingkat produksi.
Para pelaku pasar juga akan memantau perkembangan di Timur Tengah, setelah Israel dilaporkan menyerang target-target Hizbullah pada Minggu (28/7) dan mengancam pembalasan lebih lanjut atas serangan yang menewaskan 12 anak-anak. Pihaknya juga terus memberi sinyal terbuka terhadap usulan gencatan senjata di Gaza.