Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Keok, Dolar Perkasa Usai Joe Biden Mundur dari Pilpres

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada sesi perdagangan Senin (22/7/2024).
Uang rupiah pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Uang rupiah pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.233 per dolar AS pada perdagangan awal pekan, Senin (22/7/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan di level Rp16.233 per dolar AS atau turun 0,26%. Sementara itu indeks dolar terpantau menguat 0,02% ke posisi 104,085. 

Adapun, rapor pergerakan itu dibukukan usai Joe Biden resmi mengumumkan dirinya mundur dari pencalonan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,04%, dolar Singapura turun 0,01%, peso Filipina melemah 0,22%, rupee India melemah 0,01%, yuan China melemah 0,04% dan baht Thailand melemah 0,06%. 

Mata uang yang naik terhadap dolar AS adalah ringgit Malaysia dan won Korea sebesar 0,04% dan 0,12%. 

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.180 - Rp16.240 per dolar AS.

Ibrahim mengatakan meningkatnya optimisme terhadap penurunan suku bunga di AS, dengan para pedagang memperkirakan lebih dari 90% kemungkinan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, menurut CME Fedwatch. 

Di sisi lain, European Central Bank (ECB) mempertahankan suku bunga kebijakannya pada level 4,25 persen pada pertemuan Juli 2024. Dalam pertemuan tersebut, Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan bahwa keputusan penurunan suku bunga kebijakan pada tanggal September 2024 terbuka lebar, mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga lagi pada 2024.

Ibrahim juga menjelaskan laporan media minggu ini menunjukkan bahwa AS sedang mempertimbangkan pembatasan perdagangan yang lebih ketat terhadap Tiongkok, terutama sektor teknologi dan pembuatan chip di negara tersebut. 

“Laporan tersebut meningkatkan kekhawatiran atas perang dagang baru antara Beijing dan Washington, mengingat hubungan dagang antara keduanya sudah tegang,” kata dia dalam riset harian, dikutip Senin (22/7/2024). 

Dari internal, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mendorong peningkatan kinerja dagang pada semester II/2024. Salah satunya memperkuat transformasi struktur ekspor ke arah peningkatan ekspor produk manufaktur, memperluas pasar ekspor ke Asean, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin. 

Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Free Trade Agreement (FTA) yang belum tuntas. 

Lalu, meningkatkan ekspor dengan fokus utama pada penurunan tarif, memberikan perhatian khusus pada negara-negara yang berfungsi sebagai hub-regional, memperkuat peran perwakilan perdagangan luar negeri, dan digitalisasi perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper