Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jurus RMK Energy (RMKE) Genjot Produksi Batu Bara Hadapi La Nina

RMK Energy (RMKE) menyiapkan strategi diversifikasi wilayah operasi dalam upaya menggenjot produksi batu bara untuk mengadapi La Nina.
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Bisnis.com, PALEMBANG — Emiten penyedia jasa logistik batu bara, PT RMK Energy Tbk. (RMKE) tengah menyiapkan sejumlah strategi diversifikasi sebagai upaya untuk menghadapi curah hujan tinggi menjelang fenomena La Nina.

Perlu diketahui, pola cuaca La Nina diketahui merupakan kebalikan dari El Nino yang kering. Maka, La Nina akan menyebabkan intensitas hujan di Indonesia meningkat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengkonfirmasi bahwa La Nina diprediksi terjadi mulai Juni-Juli 2024. 

Head of Investor & Public Relations RMKE, Julius Caesar Samosir pun mengakui bahwa kinerja perseroan pada tiga bulan pertama 2024 mengalami tekanan akibat curah hujan tinggi, yang menyebabkan produksi batu bara dari berbagai perusahaan tambang klien RMKE cenderung turun.

“Nah karena kemarin di kuartal I itu curah hujan tinggi, jadi produksi batu bara dari tambang-tambang swasta dari klien kami itu turun. Tapi di kuartal kedua mulai rebound,” ujar Julius kepada Bisnis di Palembang, Selasa (16/7/2024).

Menilik laporan keuangannya, RMKE membukukan pendapatan sebesar Rp585,8 miliar pada kuartal I/2024. Pendapatan ini turun 23,10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp761,8 miliar. 

Pendapatan ini didorong oleh penjualan batu bara sebesar Rp458,25 miliar, pendapatan jasa unloading, loading, dan crushing sebesar Rp94,5 miliar, sewa kendaraan, alat berat, dan kontainer Rp10,08 miliar, transportasi sebesar Rp20,23 miliar, dan penunjang pelabuhan sebesar Rp2,7 miliar.

Adapun, berdasarkan pelanggannya, pendapatan ini diperoleh dari PT Oktasan Barunapersada sebesar Rp104,6 miliar, Yongtai Energy Pte. Ltd sebesar Rp83,28 miliar, dan Cornucopia Resources Limited Room sebesar Rp81,36 miliar.

Alhasil, laba bersih RMKE turun 64,48% secara year-on-year (YoY) pada kuartal I/2024 menjadi Rp44,5 miliar, dari sebelumnya Rp125,5 miliar secara tahunan.

Julius mengatakan strategi RMKE untuk menghadapi curah hujan tinggi yaitu memperluas wilayah operasi dengan cara berkolaborasi dengan tambang-tambang lain di luar wilayah Sumatra Selatan, yakni di Jambi dan Lampung.

Perseroan pun tengah menjajaki proses akuisisi empat tambang milik perusahaan asing dengan wilayah operasi di luar Sumatra Selatan. Dana untuk akuisisi mayoritas saham tambang asing itu bersumber dari penerbitan obligasi senilai Rp1,5 triliun.

Adapun, ekspansi tersebut juga mencakup pembangunan infrastruktur penunjang, seperti hauling road atau jalan yang dirancang untuk pengangkutan batu bara dengan panjang 40 km.

"Nah, misalnya nanti di sini [Sumsel] ada kendala cuaca, setidaknya kami punya diversifikasi area operasional yang tidak bergantung hanya satu ini. Makanya kami punya strategi yaitu mendiversifikasi daerah geografis, tetapi khusus untuk tetap di batu bara," pungkas Julius. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper