Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak berjangka ditutup di zona merah pada penutupan perdagangan Jumat (12/7/2024) setelah para investor mempertimbangkan pelemahan sentimen konsumen AS terhadap meningkatnya harapan penurunan suku bunga Federal Reserve pada bulan September.
Melansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent menetap tercatat turun 0,40% menjadi US$85,27 per barel. Sementara itu ninyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 0,53%, menjadi ditutup pada US$82,18 per barel.
Dalam sepekan ini, Brent berjangka turun lebih dari 1,7% setelah naik selama empat minggu berturut. Sedangkan WTI berjangka mencatat penurunan mingguan sebesar 1,1%.
Penurunan harga minyak disebabkan hasil survei bulanan yang dilakukan Universitas Michigan menunjukkan sentimen konsumen AS turun ke level terendah dalam delapan bulan pada Juli, meskipun ekspektasi inflasi membaik untuk tahun depan dan seterusnya.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga produsen (PPI) naik 0,2% pada Juni, sedikit lebih tinggi dari perkiraan, karena biaya jasa naik. Namun, investor memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada September mendatang.
Suku bunga yang lebih rendah diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar.
Baca Juga
Adapun, Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG menagatakan bahwa angka inflasi AS yang menurun berpotensi mendukung upaya The Fed untuk memulai proses pelonggaran kebijakannya lebih awal.
“Hal ini juga menambah serangkaian kejutan negatif pada data ekonomi AS, yang menunjukkan melemahnya perekonomian AS,” tambahnya.
Sebelumnya, harga minyak sempat mendapat dukungan dari permintaan bensin AS, yang data pemerintah menunjukkan pada hari Rabu sebesar 9,4 juta barel per hari (bph) dalam pekan yang berakhir 5 Juli, tertinggi sejak 2019 untuk pekan libur Hari Kemerdekaan.
Selain itu, permintaan bahan bakar jet dalam rata-rata empat pekan juga berada pada titik terkuat sejak Januari 2020.
Permintaan bahan bakar yang kuat mendorong penyulingan AS untuk meningkatkan aktivitas dan memanfaatkan stok minyak mentah.
Data pemerintah menunjukkan, input bersih minyak mentah dari penyulingan minyak mentah di Pantai Teluk AS naik pekan lalu menjadi lebih dari 9,4 juta barel per hari untuk pertama kalinya sejak Januari 2019.
Tanda-tanda melemahnya permintaan dari China, importir minyak terbesar di dunia, dapat berlawanan dengan proyeksi Amerika Serikat dan membebani harga.
“Koreksi penurunan baru-baru ini jelas telah berakhir, meskipun kecepatan kenaikan lebih lanjut mungkin terhambat oleh menurunnya impor minyak mentah China, yang anjlok 11% pada bulan Juni dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
Menurut laporan perusahaan jasa energi Baker Hughes, jumlah rig minyak aktif AS, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun satu menjadi 478 pada pekan ini, terendah sejak Desember 2021.