Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih terkoreksi sepanjang tahun berjalan turut membuat kinerja reksa dana saham tertekan. Oleh sebab itu, investor perlu cermat dalam memilih instrumen reksa dana saham.
Mengacu data Infovesta, sepanjang tahun berjalan hingga 21 Juni 2024, kinerja indeks reksa dana saham terkoreksi sebesar 11,21%. Menyusul, indeks reksa dana campuran turun 3,75% pada periode yang sama.
Hal itu kontras dengan reksa dana lainnya, yakni indeks reksa dana pendapatan tetap yang naik 0,53% dan indeks reksa dana pasar uang yang naik 2,19%.
Head of Investment Specialist Sinarmas AM Domingus Sinarta Ginting mengatakan, IHSG terkoreksi 5,36% secara year-to-date (YtD) per Selasa (25/6) sejalan dengan koreksi pada indeks utama lainnya seperti LQ45, SRI Kehati, dan IDX30.
"Kita dapat melihat bahwa saham blue chip terkoreksi cukup dalam. Namun, koreksi yang terdalam selama 4 tahun terakhir masih terjadi di tahun 2020 yang disebabkan oleh pandemi Covid-19," ujar Domingus kepada Bisnis, dikutip Selasa (25/6/2024).
Menurutnya, penyebab terjadinya koreksi disebabkan oleh tekanan dari ekonomi global karena ketidakpastian mengenai penurunan suku bunga oleh The Fed. Sejauh ini Bank Sentral AS itu masih menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5%, dan proyeksi pemangkasan hanya satu kali tahun ini.
Baca Juga
Sementara itu, dari domestik terdapat kekhawatiran mengenai kebijakan fiskal oleh pemerintahan yang baru, yang akan meningkatkan rasio utang sampai ke 50%. Hal itu akan membuat neraca transaksi berjalan Indonesia semakin melebar yang menyebabkan adanya risiko fiskal dalam jangka menengah yang menyebabkan arus dana asing keluar dari pasar saham.
Kendati demikian, meskipun pasar terkoreksi, dia mengatakan pemilihan saham andalan pada reksadana Simas Danamas Saham cukup dinamis dan dapat berubah setiap bulannya sesuai dengan hasil analisa dan prediksi dari Artificial Intelligence (AI) dengan tingkat akurasi 51,4%.
"Pada saat ini, saham-saham yang menjadi andalan pada reksa dana ini kebanyakan berada pada sektor energi dan consumer non-cyclical. Alokasi sektor tersebut bergeser dari bulan lalu yang fokus utamanya pada sektor keuangan," katanya.
Menurutnya, strategi dalam berinvestasi reksa dana saham di tengah koreksi adalah dengan averaging down kala terjadi ketidakpastian pasar dan juga perpanjang jangka waktu dalam berinvestasi sehingga hal ini dapat memaksimalkan hasil investasi di reksa dana.
"Dalam pemilihan produk juga harus disesuaikan dengan karakteristik dan juga profil risiko dari masing–masing investor, selain itu juga dengan memilih produk yang cukup dinamis dengan menggunakan AI dalam proses investasinya dimana dapat memaksimalkan hasil investasi dari portofolio investor," pungkasnya.
---
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.