Bisnis.com, JAKARTA - Manajer investasi, PT Avrist Asset Management membeberkan strategi perusahaan dalam meracik reksa dana saham, di tengah gejolak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat kebijakan papan pemantauan khusus full call auction (PPK FCA).
Direktur Marketing Avrist Asset Management Agus Sugianto mengatakan dalam menyusun portofolio reksa dana saham, perusahaan mencermati saham-saham dengan fundamental baik yang memiliki risiko minim untuk masuk PPK FCA.
"Kami menilai resiko tersebut terhadap produk-produk reksa dana saham kami relatif minim karena kami meminimalisir eksposur ke saham yang akan masuk ke pemantauan khusus termasuk karena aktivitas perdagangan," ujar Agus kepada Bisnis, Selasa (11/6/2024).
Sejalan dengan penerapan PPK FCA, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir melemah 0,95% atau 65,85 poin ke level 6.855,69 pada Selasa (11/6/2024). Secara year-to-date (ytd), IHSG pun ambles 5,74% dan ini merupakan level terendah indeks komposit sepanjang tahun berjalan.
Lebih lanjut dia mengatakan, strategi Avrist AM dalam meracik reksa dana saham adalah dengan menganalisa fundamental emiten dan sektor, valuasi, katalis, dan manajemen risiko.
"Untuk mengantisipasi kemungkinan saham yang kami miliki masuk ke pemantauan khusus, kami selalu memantau kondisi emiten-emiten di portfolio kami baik dari segi fundamental, aktivitas perdagangan, maupun kriteria lainnya," katanya.
Baca Juga
Terkait penerapan PPK FCA, Agus menyarankan semua investor untuk memperhatikan kondisi fundamental dan kewajaran aktivitas perdagangan setiap instrumen yang akan menjadi bagian dari portfolio investor.
Mengacu laman resmi reksa dana OJK, dana kelolaan atau asset under management (AUM) Avrist AM tercatat sebesar Rp3,75 triliun dengan unit penyertaan sebanyak 3,81 miliar unit per 31 Mei 2024. Hingga akhir 2024, Avrist AM menargetkan dana kelolaan tembus Rp5 triliun.
"Avrist AM sebagai manajer investasi berusaha untuk menyediakan reksa dana dari berbagai aset kelas sesuai kebutuhan nasabah dan memberikan kinerja investasi yang terbaik, Avrist AM juga aktif dalam melakukan kerja sama pemasaran dengan agen penjual," pungkas Agus.
Di lain sisi, kebijakan PPK FCA oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) mendapatkan sorotan dari pelaku pasar. Sebab, kebijakan itu bukan hanya menyasar saham di harga Rp50 atau saham gocap, namun berisiko juga menyeret emiten berkapitalisasi pasar jumbo (big cap) untuk masuk ke PPK FCA.
Perlu diketahui, ada 11 kriteria yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menjebloskan emiten ke dalam PPK FCA. Namun, kriteria nomor 10 menimbulkan kontroversi, yakni saham yang dikenakan penghentian sementara perdagangan efek selama lebih dari satu hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.
Artinya, suatu saham yang disuspensi BEI selama dua hari bisa langsung masuk PPK FCA, termasuk emiten big cap. Misalnya, saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) milik taipan Prajogo Pangestu masuk ke PPK FCA sejak 29 Mei 2024 hanya karena disuspensi dua hari, saham BREN pun ambles 27,90% ke level Rp7.300 dan kapitalisasi pasar menyusut jadi Rp976,64 triliun.