Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah mempertahankan kenaikannya karena investor mempertimbangkan potensi dampak dari peningkatan ketegangan geopolitik, mulai dari Yaman hingga Rusia.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (25/6/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 menguat 0,09% atau 0,07 poin ke level US$81,70 per barel pada pukul 07.47 WIB.
Kemudian, kontrak minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus 2024 juga menguat 0,03% atau 0,03 poin ke level US$86,04 per barel pada pukul 07.45 WIB.
Minyak berjangka WTI diperdagangkan mendekati US$82 per barel setelah naik 1,1% pada Senin (24/6). Minyak mentah Brent juga ditutup sekitar US$86 per barel.
Baru-baru ini, Houthi diketahui telah meningkatkan serangannya terhadap kapal-kapal di lepas pantai Yaman. Sementara, Rusia dilaporkan menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas serangan rudal di wilayah pendudukan Krimea, dan memperingatkan konsekuensinya.
Volatilitas yang tersirat untuk Brent telah meningkat karena risiko geopolitik yang membara, termasuk pemilu mendatang di Iran dan Perancis, meskipun masih mendekati level terendah dalam lima tahun.
Baca Juga
Minyak kini berada dalam jalur kenaikan bulanan, dengan selisih waktu yang melebar dalam struktur backwardation yang bullish. Hal ini menandakan bahwa pasokan mengetat.
Pada minggu ini, para pelaku pasar juga akan mengamati laju inflasi dan data ekonomi AS lainnya untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter, yang mungkin berdampak pada harga minyak mentah.
Mengutip Reuters, terdapat juga kekhawatiran mengenai prospek pemulihan China. Pengecer di Negeri Tirai Bambu tersebut menghadapi masa depan jangka pendek yang ‘menakutkan’ setelah festival belanja online pertengahan tahun yang mengecewakan.
Konsumen China, negara importir minyak terbesar di dunia, enggan mengeluarkan uang di tengah kekhawatiran mengenai pendapatan, yang dipicu merosotnya sektor properti, pertumbuhan upah yang terhambat, dan tingginya pengangguran kaum muda.