Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Memanas saat Tensi Geopolitik Meningkat di Yaman Hingga Rusia

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 menguat 0,09% atau 0,07 poin ke level US$81,70 per barel pada pukul 07.47 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah mempertahankan kenaikannya karena investor mempertimbangkan potensi dampak dari peningkatan ketegangan geopolitik, mulai dari Yaman hingga Rusia. 

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (25/6/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 menguat 0,09% atau 0,07 poin ke level US$81,70 per barel pada pukul 07.47 WIB. 

Kemudian, kontrak minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus 2024 juga menguat 0,03% atau 0,03 poin ke level US$86,04 per barel pada pukul 07.45 WIB. 

Minyak berjangka WTI diperdagangkan mendekati US$82 per barel setelah naik 1,1% pada Senin (24/6). Minyak mentah Brent juga ditutup sekitar US$86 per barel. 

Baru-baru ini, Houthi diketahui telah meningkatkan serangannya terhadap kapal-kapal di lepas pantai Yaman. Sementara, Rusia dilaporkan menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas serangan rudal di wilayah pendudukan Krimea, dan memperingatkan konsekuensinya. 

Volatilitas yang tersirat untuk Brent telah meningkat karena risiko geopolitik yang membara, termasuk pemilu mendatang di Iran dan Perancis, meskipun masih mendekati level terendah dalam lima tahun.

Minyak kini berada dalam jalur kenaikan bulanan, dengan selisih waktu yang melebar dalam struktur backwardation yang bullish. Hal ini menandakan bahwa pasokan mengetat. 

Pada minggu ini, para pelaku pasar juga akan mengamati laju inflasi dan data ekonomi AS lainnya untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter, yang mungkin berdampak pada harga minyak mentah. 

Mengutip Reuters, terdapat juga kekhawatiran mengenai prospek pemulihan China. Pengecer di Negeri Tirai Bambu tersebut menghadapi masa depan jangka pendek yang ‘menakutkan’ setelah festival belanja online pertengahan tahun yang mengecewakan. 

Konsumen China, negara importir minyak terbesar di dunia, enggan mengeluarkan uang di tengah kekhawatiran mengenai pendapatan, yang dipicu merosotnya sektor properti, pertumbuhan upah yang terhambat, dan tingginya pengangguran kaum muda. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper