Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah 7,51% sejak awal tahun hingga menjelang berakhirnya semester I/2024. Analis melihat IHSG masih memiliki peluang penguatan hingga akhir tahun.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho mengatakan terdapat beberapa tekanan bagi IHSG pada kuartal II/2024 yang datang dari ketegangan geopolitik yang berlanjut, kondisi transisi pemerintahan Indonesia, dan minimnya sentimen positif.
Dia melanjutkan dengan masih adanya arus modal asing yang keluar, maka pasar saham masih akan tertekan dalam waktu dekat.
"Meski demikian, dengan meyakini bahwa tidak selamanya kondisi makroekonomi global akan terus memburuk, koreksi yang terjadi di pasar saham Indonesia saat ini justru memberikan peluang bagi investor untuk mulai dapat mencicil di harga yang relatif murah karena nilai valuasi yang rendah," kata Adityo dalam Media Day: June by Mirae Asset Sekuritas di Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Dia melihat secara fundamental, saham-saham perusahaan berkapitalisasi pasar besar yang telah terkoreksi cukup dalam dari sektor perbankan, otomotif, dan telekomunikasi dapat menjadi pilihan untuk investor saat ini.
Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta mengatakan mendekati penghujung semester I/2024, kinerja pasar saham masih belum bergairah, dilihat dari posisi IHSG yang masih terkoreksi sekitar 7% dan keluarnya investor asing dari pasar saham atau net foreign sell di pasar reguler dan negosiasi senilai Rp 10 triliun sejak awal tahun.
Baca Juga
Sementara itu, di pasar reguler investor asing telah melakukan net sell sebesar Rp20 triliun.
Meski demikian, Nafan melihat nilai transaksi di pasar saham yang sudah mencapai Rp1.200 triliun hingga hari ini, telah berada di atas pencapaian semester I/2023 sebesar Rp1.180 triliun.
Nafan melanjutkan pada kuartal II/2024 perekonomian global masih diliputi oleh ketidakpastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Ketidakpastian ini menurutnya berdampak kepada likuiditas serta suku bunga perbankan.
Lanjutnya, bermodalkan makroekonomi yang kuat serta stabilitas politik yang terjaga, dia meyakini setelah kondisi global lebih kondusif maka pasar saham dan pasar keuangan Indonesia akan membaik juga.
Dia menilai prospek pasar ke depan masih sulit untuk diprediksi. Nafan juga memprediksi BI akan menahan BI rate pada level 6,25%. Dia mencermati jika BI menaikkan suku bunga, maka dampaknya kurang kondusif terhadap ekonomi dalam negeri.
"Namun, kami meyakini dengan makroekonomi yang kuat serta stabilitas politik yang lebih kondusif dibandingkan negara lain maka kinerja pasar keuangan dan pasar saham Indonesia akan tetap kuat," ujar Nafan.
Adapun, Nafan merekomendasikan 10 saham pilihan kepada investor untuk saat ini.
"Secara teknikal, kami merekomendasikan BBCA, BRIS, BSDE, ELSA, INDF, KLBF, MDKA, MEDC, TBIG, dan UNVR seiring dengan musim laporan keuangan bulan ini hingga bulan depan," ujar Nafan dalam kesempatan yang sama.
***
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.