Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Kompak Menguat kala Wall Street Tembus Rekor

Indeks acuan saham di Bursa Asia kompak menguat pada perdagangan Selasa (18/6) saat Wall Street tembus rekor baru.
Indeks acuan saham di Bursa Asia kompak menguat pada perdagangan Selasa (18/6) saat Wall Street tembus rekor baru. Bloomberg/Michael Nagle
Indeks acuan saham di Bursa Asia kompak menguat pada perdagangan Selasa (18/6) saat Wall Street tembus rekor baru. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham di kawasan Asia Pasifik terpantau bergairah mengikuti saham-saham di AS (Wall Street) yang menembus rekor tertinggi. Bursa Asia pun kompak menghijau pada sore ini.

Mengacu data RTI Business pukul 14.45 WIB, indeks Nikkei 225 di Tokyo menguat 1% ke level 38.482,1, disusul Shanghai Composite Index (SSEC) yang naik 0,48% ke 3.030,25.

Berikutnya, Hang Seng Index (HSI) Hong Kong menguat 0,06% ke 17.946,41. Diikuti Straits Times Index (STI) Singapura yang terapresiasi 0,22% ke level 3.304,8.

Pada saat yang sama, indeks utama Wall Street kembali mencatatkan rekor tertinggi. Misalnya, S&P 500 naik 0,77% mencapai 5.473,22. Indeks Dow Jones juga menguat 0,49% menjadi 38.778,1, dan komposit Nasdaq melonjak 0,95% menjadi 17.857,01.

Adapun, S&P 500 mencapai rekor ke-30 pada tahun ini, menentang kekhawatiran mengenai sempitnya harga saham yang dapat membuat pasar lebih rentan terhadap kejutan.

Indeks acuan AS tersebut mencapai kisaran angka 5.470, dengan saham Tesla Inc. dan Apple Inc. memimpin kenaikan dalam megacaps. Nasdaq 100 mendekati angka 20.000 karena Micron Technology Inc. naik ke rekornya setelah beberapa perusahaan menaikkan target mereka. Broadcom Inc melonjak lebih dari 5%.

Saham terus melonjak lebih tinggi karena reli yang didorong oleh teknologi telah menyebabkan Wall Street merevisi target tahun 2024 untuk S&P 500. Evercore ISI menaikkan target harga akhir tahun menjadi 6.000, sementara Goldman Sachs menaikkan targetnya menjadi 5.600. Indeks acuan tersebut mencapai level 5.400 untuk pertama kalinya pada minggu lalu dan ditutup di 5.473 pada Selasa.

Dengan laporan inflasi dosis ganda pada minggu lalu dan pertemuan Federal Reserve yang tidak dilakukan pasar, maka lebih sedikit katalis yang akan menyambut investor pada minggu ini. Sorotannya adalah laporan penjualan ritel pada hari Rabu, yang memberikan gambaran sekilas tentang kesehatan konsumen AS.

Mengenai jalur suku bunga, Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker menjadi pejabat Fed terbaru yang mengisyaratkan satu kali penurunan suku bunga pada tahun 2024.

“Jika dalam beberapa bulan kita mulai melihat data bergerak ke arah yang benar, kami mungkin akan mengambil tindakan. Tapi kami tidak berada di sana saat ini,” kata Harker di sebuah acara di Philadelphia.

Demikian pula, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari pada hari Minggu menyarankan bahwa penurunan suku bunga pada bulan Desember bisa menjadi satu-satunya langkah The Fed tahun ini.

Investor memperkirakan sekitar dua pertiga kemungkinan bank sentral akan memulai pemotongan suku bunganya pada bulan September, menurut alat CME FedWatch.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper