Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tertekan Data Ekonomi China

Bursa Asia cenderung tertekan pada Senin (17/6/2024) setelah China melaporkan produksi pabriknya melambat pada bulan Mei.
Bursa Asia cenderung tertekan pada Senin (17/6/2024) setelah China melaporkan produksi pabriknya melambat pada bulan Mei.- Bloomberg/Kosuke Okahara
Bursa Asia cenderung tertekan pada Senin (17/6/2024) setelah China melaporkan produksi pabriknya melambat pada bulan Mei.- Bloomberg/Kosuke Okahara

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia cenderung tertekan pada Senin (17/6/2024) setelah China melaporkan produksi pabriknya melambat pada bulan Mei. Di sisi lain, pasar properti masih dalam kelesuan.

Saham turun 1,9% di Tokyo menjadi 38,070.40 dan di Seoul, Indeks Kospi turun 0,5% menjadi 2,744.63. S&P/ASX 200 Australia melemah 0,2% menjadi 7.712,90.

Hang Seng Hong Kong naik 0,1% menjadi 17.960,09, sedangkan indeks Shanghai Composite turun 0,6% menjadi 3.015,95.

Produksi pabrik turun 5,6% di China pada bulan Mei, di bawah perkiraan analis dan melambat dari 6,7% pada bulan sebelumnya. Penjualan ritel hanya naik 4,1% dalam lima bulan pertama tahun ini.

Selain itu, investasi properti turun 10% di bulan Mei dibandingkan tahun sebelumnya, sementara harga rumah di kota-kota besar turun 3,2%.

Penjualan properti anjlok 30,5% secara tahunan , yang merupakan bukti lebih lanjut bahwa serangkaian langkah untuk mencoba membalikkan kemerosotan di sektor properti masih belum berhasil.

Sebagian besar pasar di Asia Tenggara tutup karena hari libur, sementara SET Thailand kehilangan 1,2%.

Pada hari Jumat, saham-saham AS berada di sekitar level rekornya, dengan S&P 500 turun kurang dari 0,1%, menjadi 5,431.60, pertama kalinya pada minggu lalu tidak mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Dow Jones Industrial Average merosot 0,1% menjadi 38.589,16, dan komposit Nasdaq bertambah 0,1% ke rekor yang dibuat sehari sebelumnya didukung kenaikan saham teknologi, ditutup pada 17.688,88.

Di Eropa, saham-saham merosot setelah Pemilu yang meningkatkan ketidakpastian mengenai masa depan kawasan tersebut.

Kemenangan partai-partai sayap kanan telah meningkatkan tekanan pada presiden Perancis khususnya, dan para investor khawatir hal ini dapat melemahkan Uni Eropa, menghambat rencana fiskal dan pada akhirnya merugikan kemampuan Perancis untuk membayar utangnya. Pemilu baru-baru ini juga mengguncang pasar di Meksiko, India, dan negara lain.

CAC 40 Perancis turun 2,7% sehingga kerugian minggu ini menjadi 6,2%, yang terburuk dalam lebih dari dua tahun. DAX Jerman kehilangan 1,4%.

Saham-saham AS telah mencetak rekor seiring meningkatnya harapan bahwa inflasi cukup melambat untuk meyakinkan Federal Reserve untuk menurunkan suku bunganya pada akhir tahun ini. Sementara itu, saham-saham teknologi besar terus melaju hampir terlepas dari apa yang dilakukan perekonomian dan tingkat suku bunga.

Adobe melonjak 14,5% setelah melaporkan laba yang lebih kuat untuk kuartal terakhir dari perkiraan analis.

Broadcom naik 3,3% untuk kenaikan hari kedua berturut-turut setelah melaporkan laba yang lebih baik dari perkiraan dan pemecahan saham 10-untuk-satu untuk membuat harganya lebih terjangkau.

Nvidia menguat 1,8% karena perusahaan yang menjadi contoh serbuan teknologi kecerdasan buatan (AI) melihat total nilai pasarnya naik lebih tinggi lagi di atas $3 triliun.

Laporan awal dari University of Michigan menunjukkan sentimen di kalangan konsumen AS gagal membaik bulan ini, bertentangan dengan ekspektasi para ekonom.

Suku bunga hipotek yang tinggi telah merugikan pasar perumahan, karena Federal Reserve mempertahankan suku bunga utamanya pada tingkat tertinggi dalam lebih dari dua dekade. Bank sentral sengaja memperlambat perekonomian melalui suku bunga tinggi dengan harapan akan mengurangi inflasi bahan bakar yang tinggi.

Dalam perdagangan lainnya pada Senin pagi, minyak mentah acuan AS kehilangan 30 sen menjadi $77,75 per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent, standar internasional, turun 30 sen menjadi US$82,32 per barel.

Dolar AS naik menjadi 157,52 yen Jepang dari 157,39 yen. Euro tergelincir menjadi $1,0704 dari $1,0705.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : Yahoo Finance, AP
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper