Bisnis.com, JAKARTA — Indeks utama Wall Street S&P 500 dan Nasdaq mencapai level penutupan tertinggi karena peningkatan saham-saham di sektor teknologi. Lalu, dengan rally ini, apakah saham-saham teknologi di Indonesia akan mendapatkan sentimen positif?
Investment Consultant Reliance Sekuritas Reza Priyambada menjelaskan saat ini imbas dari penguatan saham-saham teknologi di bursa saham Amerika Serikat hanya merupakan sentimen sesaat terhadap pergerakan saham-saham teknologi di dalam negeri.
Menurut Reza, prospek dan pergerakan saham-saham teknologi dalam negeri akan bergantung dari rencana kerja manajemen masing-masing perusahaan.
"Ditambah dengan antisipasi masih tingginya nilai tukar USD/IDR sehingga masih menjadi tantangan yang harus diantisipasi selain persaingan dengan perusahaan sejenis," kata Reza, dihubungi Selasa (18/6/2024).
Sementara itu, Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menuturkan kondisi suku bunga tinggi saat ini dapat menurunkan likuiditas di pasar. Nafan menilai rally saham-saham teknologi di Nasdaq tidak akan berpengaruh banyak ke saham-saham teknologi dalam negeri.
Dia menilai, saat ini investor cenderung mengamati sisi fundamental dari perusahaan-perusahaan teknologi dalam negeri.
Baca Juga
"Investor cenderung mengamati emiten teknologi yang cenderung profitable. Jadi investor akan bersifat selektif terhadap emiten teknologi di tanah air," ucap Nafan.
Melansir Reuters, indeks S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor penutupan tertinggi pada Senin karena saham teknologi yang naik didorong oleh antusiasme terhadap kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menjelang data ekonomi AS pekan ini dan pidato pejabat Federal Reserve yang dapat memberikan wawasan tentang kebijakan moneter.
Saham Apple dan Microsoft ditutup naik masing-masing 1,97% dan 1,31% pada penutupan perdagangan Senin (17/6/2024). Saham Apple memperpanjang reli mereka dari pekan lalu, ketika Apple mengumumkan fitur AI baru yang dimaksudkan untuk membangkitkan permintaan iPhone.
Di sisi lain, The Fed diperkirakan dapat memangkas suku bunga acuannya sekali di tahun ini, kata Presiden the Fed Philadelphia Patrick Harker, jika perkiraan ekonominya terwujud. Adapun data ekonomi yang dinantikan pada pekan ini termasuk data penjualan ritel Mei, yang diikuti oleh data produksi industri, pembangunan perumahan, dan purchasing managers index.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.