Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.252 saat Mayoritas Mata Uang Asia Melemah

Rupiah menguat 12,50 poin atau 0,08% menuju level Rp16.252 per dolar AS. Pada saat yang sama, greenback kembali menunjukkan keperkasaannya.
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada Jumat (31/5/2024) dan menyentuh level Rp16.252,5. Penguatan ini terjadi saat mayoritas mata uang Asia melemah di hadapan greenback 

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 12,50 poin atau 0,08% menuju level Rp16.252,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,12% ke posisi 104,84.

Sementara itu, mata uang lain di Asia mayoritas melemah. Won Korea, misalnya, mencatatkan pelemahan 0,45%, lalu diikuti ringgit Malaysia 0,09%, dan rupee India sebesar 0,07%. Lalu, yen Jepang dan baht Thailand melemah 0,18% dan 0,20%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan perekonomian AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,3% dari Januari hingga Maret. Namun, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% setelah revisi ke bawah pada belanja konsumen. 

“Penurunan peringkat pertumbuhan kuartal pertama ini terjadi menyusul lemahnya data penjualan ritel dan belanja peralatan, yang berkontribusi terhadap berkurangnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve,” ujarnya Jumat (31/5/2024). 

Dia menambahkan lonjakan dua hari sebesar 15 basis poin di atas 4,6% untuk imbal hasil treasury jangka panjang telah mendorong dolar ke level tertinggi dua pekan, sehingga meningkatkan daya tarik utang AS. 

Sejumlah pejabat The Fed memperingatkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir bank sentral kurang percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga di tengah tingginya inflasi.

“Rilis indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi [PCE], ukuran inflasi pilihan The Fed, pada Jumat dapat memberikan indikasi lebih lanjut tentang bagaimana bank sentral dapat melanjutkan kebijakan moneternya pada akhir tahun ini,” kata Ibrahim. 

Di sisi lain, tensi geopolitik di Timur Tengah dan Eropa yang terus memanas membuat perekonomian global terguncang, terbukti dengan turunnya PDB AS pada kuartal I/2024. Hal ini diperkirakan berdampak pada perekonomian Indonesia pada kuartal II/2024.

Untuk mengangkat kembali konsumsi masyarakat, pemerintah Indonesia perlu menggelontorkan stimulus berupa Bantuan Sosial (Bansos) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT), sehingga dampak dari kenaikan harga-harga bisa diimbangi meskipun hanya 10 kg per keluarga.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi sinyal bantuan pangan akan diperpanjang hingga tahap 3 pada tahun ini, sebagaimana diungkapkan saat memantau pembagian bantuan beras di Gudang Bulog Taba Pingin, Lubuklinggau, Sumatra Selatan, Kamis (30/5/2024).

Bantuan beras tahun ini rencananya hanya sebanyak dua tahap selama Januari hingga Juni 2024. Jika perpanjangan bantuan beras dilanjutkan hingga tahap 3, periode pembagian beras gratis sebanyak 10 kg per bulan akan berlangsung dari Juni hingga September 2024.

Adapun Bank Indonesia (BI) diharapkan lebih sigap dalam melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF. Jika intervensi kurang kuat, BI kemungkinan menaikkan suku bunga acuan pada bulan Juni 2024 sebesar 25 bps untuk menstabilkan mata uang rupiah. 

“BI masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 bps hingga mencapai 6,75 persen, terutama jika kondisi global terus memanas, harga minyak dunia melonjak tinggi, dan rupiah terus melemah,” tutur Ibrahim. 

Pada perdagangan pekan depan, Senin (3/6/2024), Ibrahim memproyeksikan gerak mata uang rupiah bakal berfluktuatif tetapi ditutup menguat pada rentang Rp16.210 – Rp16.300. 

------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper