Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah kembali dibuka melemah ke level Rp16.136 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (29/5/2024). Seluruh mata uang kawasan Asia ikut turun terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka turun 0,29% atau 45 poin ke posisi Rp16.136. Adapun indeks dolar terpantau naik 0,07% ke level 104,615.
Seluruh mata uang kawasan Asia lainnya juga bergerak turun terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,04%, dolar Singapura dan Hong Kong melemah masing masing 0,02% dan 0,01%.
Kemudian won Korea melemah 0,41%, peso Filipina turun 0,35%, rupee India melemah 0,05%, yuan China turun 0,05%, ringgit Malaysia melemah 0,21% dan baht Thailand melemah 0,18%.
Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi kembali ditutup melemah pada rentang Rp16.080 – Rp16.140 per dolar AS.
Ibrahim menyampaikan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan mata uang hari ini. Salah satunya datang dari penantian data indeks harga personal consumption expenditure (PCE) AS pekan ini.
Baca Juga
CME FedWatch Tool menunjukkan para pelaku pasar mengharapkan peluang lebih besar untuk mempertahankan suku bunga pada September, dibandingkan dengan sebelumnya yang memperkirakan penurunan suku bunga secara lebih luas.
Ibrahim mengatakan tren ini terjadi ketika serangkaian pejabat The Fed memperingatkan inflasi yang lebih tinggi akan menghalangi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan lebih awal. Adapun inflasi diperkirakan tetap jauh di atas target tahunan yakni 2%.
“Hal ini membuat para pedagang mulai memperkirakan peluang yang lebih besar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunganya pada bulan September, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yang memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin,” tuturnya.
Selain itu, kata Ibrahim, data indeks manajer pembelian utama dari China juga akan dirilis pada akhir pekan ini. Menurutnya, data tersebut akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai aktivitas bisnis di Negeri Tirai Bambu.
Adapun kabar baik datang dari ekonomi global, terutama terkait dengan Baltic Index, yang menggambarkan volume traffic dari angkutan barang antarnegara yang meningkat sebesar 112% dibandingkan dengan periode Desember 2023.
Ibrahim menyatakan lonjakan tersebut menandai adanya peningkatan dalam perdagangan internasional, yang didorong oleh perbaikan ekonomi di berbagai negara, termasuk China.