Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Turun ke Rp16.072, Pasar Menanti Data Inflasi AS

Nilai tukar rupiah kembali dibuka melemah ke posisi Rp16.072 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Selasa (28/5/2024).
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali dibuka melemah ke posisi Rp16.072 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Selasa (28/5/2024). Saat ini pasar fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis pekan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan turun 0,01% atau 1 poin ke posisi Rp16.072. Adapun indeks dolar terpantau melemah 0,12% ke posisi 104,39. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,08%, dolar Singapura menguat 0,16%, won Korea naik 0,27%, peso Filipina menguat 0,33%, dan ringgit Malaysia menguat 0,13%.

Di sisi lain, mata uang yang bergerak turun yaitu baht Thailand 0,01%, yuan China melemah 0,02% serta rupee India melemah 0,05%.

Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, Selasa (28/5/2024), tetapi ditutup melemah pada rentang Rp16.060 hingga Rp16.120 per dolar AS.

Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan pasar menunggu isyarat lebih lanjut mengenai suku bunga AS dari data inflasi utama yang rilis pekan ini. Selain itu, hari libur pasar di Inggris dan AS turut membatasi volume perdagangan.

“Fokus minggu ini tertuju pada data indeks harga PCE alat pengukur inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada hari Jumat,” ujar Ibrahim dalam publikasi riset, Selasa (28/5/2024). 

Menurutnya, ukuran inflasi pilih The Fed diperkirakan stabil dari bulan ke bulan. Greenback mengalami penguatan dalam beberapa sesi terakhir karena para pedagang terus mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed tahun ini.

Ibrahim juga menuturkan prospek suku bunga yang tinggi untuk jangka waktu lebih lama merupakan pertanda baik bagi dolar dan buruk bagi mata uang Asia yang kaya akan risiko. Pasar juga menunggu lebih banyak isyarat dari China. Hal ini berkaitan dengan bagaimana langkah Beijing mendanai dan melaksanakan sejumlah stimulus yang baru-baru ini diumumkan.

Dari dalam negeri, Ibrahim menuturkan Bank Indonesia (BI) optimistis penerbitan Peraturan Pemerintah No. 22/2024 bisa mendorong setoran dari Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam atau DHE SDA. 

Hal tersebut merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah dan BI, yang akan mendorong penempatan DHE SDA, meningkatkan, dan mendukung stabilitas ekonomi, serta stabilitas nilai tukar rupiah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper