Bisnis.com, JAKARTA — Manajemen PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex meragukan kelangsungan usaha setelah mencatatkan defisit sebesar US$1,16 miliar atau setara Rp17,94 triliun sepanjang 2023.
Mengutip laporan keuangan, Manajemen Sritex menyebutkan pihaknya membukukan kinerja negatif sepanjang 2023 yaitu membukukan rugi, defisit serta defisiensi modal yang mengindikasikan ada ketidakpastian material terhadap kelangsungan usaha.
“Kondisi tersebut mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis manajemen, dikutip Senin (27/5/2024).
Kondisi tersebut terjadi karena Sritex sepanjang 2023 telah mencatat rugi bersih sebesar US$174,84 juta serta melaporkan defisit dan defisiensi modal pada 31 Desember 2023 masing-masing sebesar US$1,16 miliar US$954,82 juta.
Meski demikian, Sritex mengatakan akan melakukan beberapa upaya untuk mengatasi kondisi tersebut, di antaranya pengurangan karyawan (PHK) secara berkala hingga 2025 (regular employee reductions), pengembangan produk-produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi (specialised product).
Kemudian peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusianya secara terus menerus serta efisiensi biaya melalui pemantauan anggaran dan perbaikan sistem.
Baca Juga
Sementara itu, SRIL mencatatkan penjualan bersih sebesar US$325,08 juta atau setara dengan Rp5,01 triliun (kurs jisdor Rp15.439) sepanjang 2023. Penjualan ini turun 38,02% dibandingkan dengan 2022 yang sebesar US$524,56 juta.
SRIL juga membukukan total kewajiban sebesar US$1,60 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan 2022 yang sebesar US$1,54 miliar. Rinciannya adalah liabilitas jangka pendek sebesar US$113,01 juta sementara liabilitas jangka panjang sebesar US$1,49 miliar.
Sritex mencatatkan total aset sebesar US$648,98 juta per 31 Desember 2023. Posisi ini lebih rendah dibandingkan dengan 2022 yang sebesar US$764,55 juta.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.