Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten terkait otomotif seperti PT Astra International Tbk. (ASII) hingga PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) mencatatkan kinerja moncer setidaknya dalam sebulan perdagangan terakhir.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham ASII naik 17,12% dalam sebulan ke level Rp5.575 per lembar pada perdagangan hari ini, pukul 14.00 WIB. Harga saham ASII juga kokoh di zona hijau, menguat 13,78% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Kemudian, harga saham IMAS naik 25,42% dalam sebulan ke level Rp1.110 per lembar. Harga saham IMAS juga telah naik 22,65% ytd.
Begitu juga dengan harga saham deretan komponen otomotif. Harga saham PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) naik 10,48% dalam sebulan ke level Rp2.320 per lembar. Harga saham AUTO pun berada di zona hijau, menguat 0,87% ytd.
Selain itu, harga saham PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) mencatatkan penguatan harga saham 9,42% dalam sebulan ke level Rp1.045 per lembar. Kemudian, harga saham DRMA naik 13,59% ytd.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan penguatan harga saham emiten terkait otomotif didorong oleh kebijakan moneter longgar dari Bank Indonesia (BI).
Baca Juga
"Pelonggaran moneter optimalkan kinerja pertumbuhan kredit kendaraan. Akan tumbuh penjualan [otomotif]. Apalagi, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan stabil," ujar Nafan kepada Bisnis pada Kamis (21/8/2025).
Sebagaimana diketahui, BI memang kembali memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,00% dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025, kemarin (20/8/2025).
Pemangkasan suku bunga acuan ini merupakan penurunan yang ke-empat kalinya dalam tahun ini, dan menjadi level yang terendah sejak Oktober 2022.
Faktor pendorong gerak saham terkait otomotif lainnya adalah gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2025. Pameran otomotif terbesar di Indonesia itu telah digelar dari 24 Juli 2025 sampai 3 Agustus 2025 di ICE BSD City, Tangerang dan mencatatkan penjualan mobil tembus 38.000 unit. Penjualan mobil di GIIAS 2025 melampaui hasil tahun lalu sebesar 12%.
Analyst KB Valbury Sekuritas Akhmad Nurcahyadi mengatakan GIIAS 2025 memberikan katalis positif bagi penjualan mobil Indonesia pada Juli 2025. Distribusi secara wholesale atau dari pabrik ke dealer mencapai 60.552 unit, meningkat 4,8% secara bulanan dari 57.799 unit di bulan Juni.
Penjualan ritel atau dari dealer ke konsumen juga menunjukkan sedikit peningkatan, naik 1,8% menjadi 62.770 unit, dari 61.687 unit di bulan sebelumnya.
"Kinerja ini menunjukkan bahwa pameran otomotif tersebut berhasil mendorong pemulihan penjualan dalam jangka pendek. Meskipun masih berada di bawah tekanan secara tahunan," tulis Akhmad Nurcahyadi dalam riset terbarunya.
Di sisi lain, penjualan kendaraan listrik (electrical vehicle/EV) terus tumbuh pesat, dengan merek-merek China yang mendominasi. Menurut Akhmad Nurcahyadi, GIIAS 2025 menyoroti persaingan yang semakin ketat antara pemain mapan dan produsen EV China yang baru.
Dalam risetnya, Akhmad Nurcahyadi memberikan peringkat overweight bagi sektor otomotif. Sementara, ASII direkomendasikan beli dengan target harga Rp5.850 per lembar.
"Rangkaian acara otomotif yang akan datang, perang harga, berbagai promosi dealer yang sedang berlangsung, dan imbal hasil pinjaman otomotif yang lebih rendah dari yang diantisipasi merupakan faktor-faktor positif," tulis Akhmad Nurcahyadi.
Namun, terdapat berbagai tantangan bagi ASII yakni penjualan otomotif yang lebih lemah, transmisi penurunan suku bunga yang lebih lambat terhadap imbal hasil pinjaman, dan aktivitas ekonomi yang lemah. Tantangan lainnya yakni melemahnya kepercayaan belanja, ketegangan geopolitik yang berkepanjangan, serta dampak negatif perang dagang.
Selain itu, KB Valbury Sekuritas memberikan target harga Rp2.830 per lembar bagi AUTO dan target harga Rp1.280 per lembar bagi saham DRMA.
--
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.